Direktur Utama AirNav Novie Riyanto. (BP/son)
JAKARTA, BALIPOST.com – Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPNNPI) atau Airnav Indonesia mengincar pendapatan Rp 2,8 triliun hingga akhir tahun nanti. Itu berarti, tumbuh sekitar 11,11 persen ketimbang realisasi tahun lalu sebesar Rp 2,52 triliun.

Direktur Utama AirNav Novie Riyanto mengungkapkan, target ini sudah tercatat dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017 dan akan banyak disumbang dari tarif navigasi penerbangan. Namun, ia tak merinci jenis penerbangan mana yang dapat berkontribusi besar terhadap pendapatan tersebut.

Melihat pengalaman tahun lalu, sebanyak 75 persen pendapatan perusahaan berasal dari jasa navigasi penerbangan internasional dan penerbangan yang tidak singgah ke tempat transit yang semula direncanakan (over flying).

Baca juga:  Soal Pemecatan dari Demokrat, Kuasa Hukum Marzuki Alie dkk Mohon Pencabutan Gugatan

“Kami targetkan, pendapatan tahun ini bisa mencapai Rp2,8 triliun atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya Rp2,52 triliun,” ujar Novie di Jakarta, Jumat (10/3).

Kendati pendapatannya dipatok tumbuh positif, Airnav cuma menargetkan laba Rp197 miliar atau lebih rendah 52,78 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp418 miliar.

Target laba sengaja dipasang lebih rendah, mengingat AirNav bukanlah Badan Usaha Miik Negara (BUMN) yang fokus meningkatkan pendapatan bagi pemerintah. Hal ini sudah diatur di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia.

Baca juga:  Bahas Investasi, Tim Cook Sambangi Istana Kepresidenan

Berangkat dari hal tersebut, menurutnya, Kementerian Perhubungan tak mau laba AirNav terlampau tinggi. Jika laba AirNav terlalu tinggi, Kemenhub mengancam akan mengubah bentuk usaha Airnav menjadi Badan Layanan Umum (BLU).

“Makanya, kami tak pernah memasang target laba setiap tahunnya, karena kami tidak berorientasi profit. Murni demi keselamatan penerbangan. Oleh karenanya, kami juga tidak diwajibkan membayar dividen ke pemerintah,” terang Novie.

Baca juga:  Operasional Bandara Ngurah Rai Masih Normal

Untuk menunjang pendapatan, perusahaan berencana untuk menggelontorkan belanja modal (capital exenditure) sebesar Rp2,14 triliun untuk tahun ini. Sebagian besar pengeluaran akan digunakan untuk mengganti menara Air Traffic Control (ATC) di Jakarta melalui program Indonesia Modernisation Air Navigation Services (IMANS).

“Jika pengerjaan IMANS ini selesai, maka ATC bisa digunakan untuk mengelola Indonesia bagian barat. Untuk program ini, kami menganggarkan Rp800 miliar atau 37,38 persen dari belanja modal. Ini merupakan langkah lanjutan kami, karena kan Makasar sudah kami upgrade tahun lalu,” pungkasnya. (Nikson/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *