DENPASAR, BALIPOST.com – Diduga korban yang terinfeksi bakteri Streptococcus Suis bertambah satu. Warga Sibang, Abiansemal ini berasal dari Banjar Tagtag, Sibang.
Dengan adanya satu pasien yang diduga terkena bakteri Streptococcus Suis, total sudah ada 20 warga yang terjangkit. Dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, MPPM, Sabtu (11/3), warga tersebut mengalami keluhan yang sama dan memiliki riwayat makan olahan daging babi di tempat yang sama. “Barusan ada tambahan kasus 1 orang lagi,” katanya.
Dikatakan saat ini, warga itu dirawat di RSUD Badung. “Saat ini juga sedang dilakukan pengambilan sampel darah,” imbuhnya.
Diduga Chikunguya
Sebelumnya, sejumlah warga di Sibang diduga menderita penyakit Chikunguya. Gejalanya demam dan nyeri pada persendian.
Perbekel Desa Sibang Gede, Wayan Darmika, saat dikonfirmasi membenarkan prihal tersebut. Namun, pihaknya belum berani memastikan jika penyakit yang mewabah adalah penyakit Chikungunya lantaran masih diselidiki di labotarium. “Kami masih menunggu hasil Lab. Apakah ini virus atau bakteri, kami masih menunggu hasilnya,” kata Darmika, Rabu (8/3).Senada dikatakan Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Badung, dr. Elly Swandewi Murti. Pihaknya mengaku telah menerima informasi prihal puluhan warga terserang penyakit dengan gejala serupa.
“Kami sudah menerima informasi tersebut dan sedang melakukan penyelidikan di lapangan terhadap penyebab kejadian tersebut. Namun, saat ini kami belum berani memastikan apa penyebabnya, karena masih menunggu hasil laboratorium,” terangnya.
Menurutnya, pihaknya telah mengambil sampel darah dari rumah sakit tempat warga dirawat. Sebab, kasus ini tergolong relatif baru terjadi di gumi keris, sehingga pihaknya harus memperdalam lebih jauh dengan melakukan penyelidikan epidemiologi, khususnya penyakit menular terutama yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah.
“Kemarin masih dirawat dengan suspect meningitis atau penanganan dugaan infeksi selaput yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Kita tunggu saja hasil Labnya baru bisa mengetahui pasti apakah virus apa bakteri,” paparnya.
Dia mengaku telah melakukan langkah-langkah penanganan dengan cepat, sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan atau bisa menimbulkan gangguan pada syaraf otak.
“Kami akan melakukan penyuluhan dan sosialisasi terkait penyakit baru ini sambil melakukan penyelidikan epidemiologi untuk memperdalam proses penularan virus/bakteri chikungunya ini,” katanya.Belasan warga tersebut hanya delapan orang saja yang masuk rumah sakit dan memerlukan perawatan. Dengan rincian 1 orang dari Banjar Sintrig, Sibang Kaja, 6 orang warga Banjar Bantas Kaja, dan seorang warga Banjar Bantas Kelod.
Warga lainya yang juga diduga menderita penyakit serupa yakni 9 orang dari Bantas Kaja dan 3 orang dari Bantas Kelod. Warga mengaku bahwa mengalami beberapa gejala seperti pusing, panas badan tinggi, mual hingga muntah-muntah. Bahkan beberapa diantaranya sempat mengalami kejang-kejang, dan penurunan kesadaran. (Citta Maya/balipost)