DENPASAR, BALIPOST.com – Perusakan terhadap baliho tolak reklamasi Teluk Benoa terus terjadi. Sampai saat ini mungkin sudah puluhan kali terjadi perusakan serupa diberbagai wilayah di Bali terjadi.
Pada 2017 saja, sudah tiga kali kejadian dan yang terakhir tejadi pada waktu dini hari, Senin (13/3). Perusakan baliho terjadi di sejumlah wilayah.
Untuk Kabupaten Gianyar, perusakan baliho oleh orang tak dikenal (OTK), masing-masing ada di Batubulan 4 buah, yakni di pertigaan patung barong, depan lapangan Batubulan, di Banjar Kalah dan dekat terminal Batubulan. Sementara itu di Desa Celuk satu buah baliho di area banjar Cemenggon dirusak. Sedangkan di Singapadu juga terdapat terdapat satu buah baliho yang terletak di Pertigaan Kutri dirusak.
Sementara di Kota Denpasar, baliho yang dirusak adalah baliho milik Desa Adat Kesiman. Baliho yang dirusak terletak di perempatan Tohpati, Kesiman.Salah seorang pemuda dari Forum Pemuda Batubulan, Ngurah Arya Benny Ardhyana menjelaskan, baliho yang dirusak tersebut adalah baliho yang baru terpasang satu bulan yang lalu untuk merespons perusakan baliho secara diam-diam. Menurutnya ada pihak yang terganggu dengan sikap mereka untuk menolak reklamasi. “sikap kami untuk menolak reklamasi Teluk Benoa melalui baliho tersebut yang menyebabkan baliho-baliho itu dirusak. Ada pihak yang terganggu dengan keberadaan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa yang kami dirikan tersebut,” ujar pemuda yang akrab dipanggil benny tersebut.
Menteri
Kadek Tila, salah satu warga Desa Adat Sukawati mensinyalir, perusakan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa berkaitan dengan kedatangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ke Bali. Menurutnya sudah seringkali perusakan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa terjadi setiap pejabat pusat datang ke Bali.
Apalagi, menurutnya, yang datang ke Bali adalah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Supaya seolah-olah sudah tidak ada yang menolak reklamasi Teluk Benoa maka baliho-baliho tolak reklamasi Teluk Benoa milik kami dirusak. Perusakan baliho menurut kami tujuannya jelas agar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau pejabat lain yang datang ke Bali tidak melihat suara penolakan reklamasi yang terpampang di baliho tersebut,” ujar Tila.
Wayan Gendo Suardana, Koordinator Umum ForBALI menduga kuat, upaya pemberangusan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa untuk meloloskan rencana reklamasi Teluk Benoa. “Sampai saat ini AMDAL reklamasi Teluk Benoa tidak bisa lolos kerena dampak sosial budayannya tidak bisa tertanggulangi. Ada pihak yang ingin menunjukkan kepada Menteri bahwa seolah sudah tidak ada penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa dengan memberangus baliho-baliho baik milik Desa-Desa Adat maupun komunitas-komunitas yang selama ini konsisten berjuang menolak reklamasi Teluk Benoa,” ungkap Gendo. (Rindra Devita/balipost)