SINGARAJA, BALIPOST.com – Pembuatan ogoh-ogoh saat ini diharapkan tidak menggunakan styrofoam. Pasalnya, bahan ini berbahaya bagi kesehatan.

Menurut Kadis Kebudayaan Buleleng, Putu Tastra, saat ini penggunaan bahan yang relatif aman, seperti bambu dan koran bekas menjadi unggulan dalam membuat ogoh-ogoh. Ia meminta sekehe truna lebih kreatif dalam hal menyiasati bahan.

Ia menyadari biasanya di kota-kota besar penggunaan styrofoam menjadi primadona. Sebab, selain proses pengerjaan ogoh-ogoh bisa lebih cepat dan lebih mudah, styrofoam juga lebih ringan. Namun di balik keunggulan itu, penggunaan styrofoam diajurkan untuk dikurangi karena berbahaya bagi kesehatan dan merusak lingkungan.

Baca juga:  Putu Luhur Sabet Emas di Kejurnas Catur

Ia menginginkan di setiap desa pembuatan ogoh-ogoh menggunakan bahan-bahan alami dan relatif aman, tanpa styrofoam/ Diharapkan, ogoh-ogoh yang dibuat pun harus mengedepankan estetika, etika, dan pakem tidak tertulis yang diyakini selama bertahun-tahun.

Salah satu sekeha yang memilih menggunakan bahan alami dan ramah lingkungan ada di Kelurahan Kendran. Sekehe teruna membuat ogoh-ogoh dari bambu, koran bekas, dan kertas semen bekas. Tak hanya itu, mereka juga memanfaatkan daun nangka untuk membalut kerangka ogoh-ogoh.

Baca juga:  Gubernur Koster Apresiasi Kinerja KPw BI Bali Tangani Pandemi

Menurut salah satu warga, Komang Radi, styrofoam tidak lagi digunakan. Sebab, jika styrofoam dibakar, asap hitam yang dihasilkan akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit. (kmb/balitv)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *