BANGLI, BALIPOST.com – Merosotnya harga telur ayam sejak dua bulan belakangan ini dampaknya sangat dirasakan oleh para peternak ayam petelur. Bahkan, untuk menekan kerugian lebih besar lagi, mereka rela mengafkir yang usianya produktif untuk afkiran lebih awal.
“Ayam yang masih produktif bertelur dibuat menjadi afkiran lebih awal. Jika tetap dipaksakan untuk dipelihara itu sangat membutuhkan biaya pakan yang sangat besar. Sementara telur banyak belum terjual. Sehingga tidak bisa menutupi biaya pakan ayam,” ungkap peternak ayam petelur Kadek Budiartawan, Jumat (17/3).
Budiartawan menjelaskan, kalau kondisi normal ayam petelur menjadi afkiran setelah berumur 90 pekan. Mengingat, situasi sekarang seperti ini yang sangat tidak menguntungkan terpaksa ayam sehingga baru berumur 40 hingga 70 minggu ayam sudah dijadikan afkiran.
“Padahal pada umur tersebut ayam petelur sedang produktif menghasilkan telur. Sehingga untuk mempertahankan agar usahanya bisa jalan terus, satu-satunya ya dengan menjual ayamnya yang masih produktif,” katanya.
Dikatakannya, segala upaya telah dilakukan dengan situasi sekarang ini, salah satunya dengan cara mengosongkan kandang karena tidak ada biaya untuk membiaya pemeliharaaan ayam yang biayanya cukup tinggi. ”Semua peternak kecil semuanya sudah mengosongkan kandang untuk menekan kerugian semakin besar,”tegasnya.
Lebih lanjut dijelaksan, pihaknya juga mengeluhkan stok telur di gudang miliknya semakin bertambah. Pasalnya, jika terus ditaruh seperti itu, maka telur akan membusuk, dan kerugian bertambah.
“Kalau sekarang dua minggu palingan mengirim dua truk telur. Pasalnya stok telur di konsummen yang kita bawakan masih banyak. Dengan itu otomatis mereka tidak mau mengambil telur lagi sebelum telur itu habis,” tutupnya. (eka prananda/balipost)