DENPASAR, BALIPOST.com – Kuliner merupakan segmen di sektor pariwisata yang sedang berkembang. Pasalnya, dari data yang ada di Kementerian Pariwisata, hampir seperempat dana wisatawan saat berlibur dihabiskan untuk makan dan minum (mamin).
Melihat besarnya potensi kuliner ini untuk mendongkrak pendapatan, pada 2019 pemerintah menargetkan 5,4 juta wisman yang datang untuk menikmati wisata kuliner. Menurut Deputi Pemasaran Mancanegara Kementerian Pariwisata, Prof. I Gde Pitana data Kemenpar terkait serapan dana wisatawan diperoleh dari UNWTO.
Persentase penggunaan dana untuk mamin mencapai 15,80 persen. “Potensi pendapatan dari wisata kuliner cukup besar,” ujarnya.
Tiga jenis aktivitas wisata kuliner yang digemari wisatawan adalah mengunjungi food festival, ikut dalam food tours, dan belajar memasak (cookery workshop). Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana itu menyampaikan, makanan merupakan ikon bangsa yang efektif untuk promosi pariwisata. “Kalau mendengar pizza, orang akan langsung ingat Italia. Sup Tom Yum mengingatkan pada Thailand, sushi identik dengan Jepang,” ujarnya.Ikon Kuliner
Pemerintah saat ini berupaya mendapatkan ikon kuliner untuk promosi pariwisata Indonesia mengingat Indonesia kaya akan kuliner. “Sudah dipilih 30 ikon kuliner Indonesia, dari Bali diangkat sate lilit,” katanya.
Dari 30 itu, pemerintah akan memilih 5 makanan sebagai ikon kuliner untuk promosi Indonesia. Selama ini, sudah ada empat calon yaitu sate, soto, rendang, nasi goreng.
Tentang popularitas makanan Indonesia, Prof Pitana mengutip peringkat yang dikeluarkan CNNGo (CNN Travel) yang merilis 50 makanan terenak di dunia. “Yang mengagumkan adalah rendang. Rendang termasuk peringkat pertama terenak, nasi goreng nomor dua, sedangkan sate urutan ke-14 terenak,” ujar Pitana.
Kementerian Pariwisata pun aktif mempromosikan kuliner Indonesia, seperti yang dilakukan di Perth beberapa waktu lalu. Ada Festival Cabe dan Avokado. “Kami juga melakukan promosi makanan Indonesia di Amsterdam dan London,” ujar Pitana yang yakin sekali bahwa kuliner mempunyai potensi besar untuk promosi pariwisata Indonesia.Dalam rencana pengembangan lima tahun sejak 2016, pemerintah mengembangkan lima destinasi wisata kuliner unggulan setiap tahun. Tahun 2016, misalnya, dimulai dengan pengembangan destinasi unggulan di lima provinsi yaitu Jogjakarya, Solo, Semarang, Bali, dan Bandung.
Pada 2017 juga dikembangkan lima provinsi lainnya. Demikian sampai 2019. “Target pemerintah adalah menjadikan daerah yang dikembangkan itu sebagai the best gastronomy destination,” imbuhnya.
Mantan Kadis Pariwisata Provinsi Bali itu menyebutkan bahwa, Bali ditargetkan menjadi the best gastronomy destination in Asia pada 2018. “Potensi Bali besar, sekarang ini saja sudah bisa mencapai the best wedding destination dan spa in Asia, untuk kuliner optimistik bisa. Kita harus bangga dengan kuliner lokal,” tambahnya. (Citta Maya/balipost)