MANGUPURA, BALIPOST.com – PT Tirta Investama (AQUA) Mambal menggelar peringatan Hari Hutan Internasional yang jatuh pada 21 Maret ldan Hari Air Se-dunia yang jatuh pada 22 Maret di Banjar Jempanang, Desa Belok Sidan, Kecamatan Petang-Badung, Kamis (23/3).
Peringatan kali ini dilakukan Aqua Mambal bersama Janma dengan kegiatan bersih-bersih di Sungai Badung bersama Pemerintah Balai Wilayah Sungai Bali Penida pada Jumat (17/3) lalu, penanaman pohon di Banjar Bon, Desa Bilok Sidan, Rabu (22/3) dan pelepasliaran satwa burung endemik di Banjar Jempanang bersama para pemangku kepentingan, Kamis (23/3).
Acara ini dihadiri oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam Bali, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Perwakilan Dinas Kehutanan Provinsi Bali, Ketua Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB), Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Badung, Pokja Ayung Lestari, Tokoh, Prajuru serta masyarakat Banjar Jempanang.
Kegiatan yang dikembangkan oleh Aqua Mambal bersama perkumpulan Janma sebagai pelaksana kegiatan pendampingan masyarakat di daerah hulu DAS Ayung, yakni WASH (Water Access Sanitation Hygiene), Konservasi Terpadu, Pertanian Sehat Ramah Lingkungan, dan Keanekaragaman Hayati. Kegiatan ini merupakan wujud tanggung jawab sosial dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat.
Selain itu, kegiatan yang dilakukan ini untuk terus mendorong dan membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian daerah hulu yang merupakan daerah konservasi.
Sejak 2013 hingga saat ini, Aqua Mambal telah menyediakan sarana akses air bersih bagi 133 KK di Banjar Bukian, 191 KK di Banjar Semanik dengan teknik pompa Hydram dan 50 KK di Banjar Jempanang dengan teknik kincir air, penanaman 37.974 pohon serta 28 are penerapan pertanian sehat ramah lingkungan, pembangunan 13 unit biogas, pembangunan 2.292 lubang bipori, 70 rorak, 16 sumur resapan, serta pemberian insentif pohon dalam bentuk beasiswa kepada 17 siswa di Desa Pelaga dan Bilok Sidan.
Budi Raharjo, Sustanibility Depelovment Manager Regional 3 PT Tirta Investama, mengatakan Aqua Mambal tidak hanya ingin meraih suskses dibidang ekonomi saja, tetapi ingin berkomitmen untuk berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan sosial masyarakatnya.
Sehingga, melalui peringatan hari hutan dan hari air sedunia ini, pihaknya ingin mengajak seluruh masyarakat dan stakeholder untuk bersama-sama ikut berkontribusi menjaga kelestarian daerah hulu melalui upaya-upaya nyata yang memberikan dampak positif dan bermanfaat bagi lingkungan juga masyarakat. Sehingga, keseimbangan ekosistem alam tetap bisa terjaga dengan baik.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Adat Jempanang, Made Rika dalam testimoninya mengucapkan rasa terima kasih kepada Aqua Mambal yang telah memberi bantuan-bantuan, seperti membangun jambang dan memberikan insentif pohon dalam bentuk beasiswa. Pihaknya berharap kerjasama dan bantuan ini bisa terus diberikan kedepannya. Tidak hanya di Banjar Jempanang, tetapi menyebar di banjar-banjar lainnya.
Dalam acara ini juga dilakukan pelepasliaran satwa burung endemik yang sudah jarang ditemukan dan masuk dalam satwa dilindungi menurut perayuran Desa Belok Sidan sebanyak 25 ekor burung yang terdiri dari jenis Anis Merah (Zoothera citrine) 4 ekor, Becica (Copsyschus saularis) 4 ekor, Cendet 4 ekor, Kacamata (Zosterops palpebrosus) 7 ekor, Prenjak (Prinia polychroa) 6 ekor yang menambil tempat di Jaba Pura Tamian Anyar Banjar Jempanang.
Tujuan pelepasliaran burung endemik Bali ini adalah untuk meningkatkan populasi burung yang tergolong langka di alam sebaai salah satu upaya pelestarian keanekaragaman hayati di wilayah hulu DAS Ayung.
Setalah itu, kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi lokasi penangkaran satwa langka yang dilindungi yakni Curik Bali (Leucopschar rhotschildi) yang dikelola oleh kelompok penangkar burung Suara Lestari Jempanang dengan pendampingan oleh Aqua Mambal.
Ketua Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB), Tony Sumampau yang hadir dalam acara tersebut mengapresiasi kegiatan pelestarian Curik Bali dan burung endemik Bali yang dilakukan oleh masyarakat Banjar Jempanang.
Ia menilai, dengan dilestariakannya burung endemik Bali, maka keseimbangan ekosistem di hutan menjadi lebih baik. “Saya senang sekali melihat masyarakat desa sudah mulai melestarikan Curik Bali dan burung endemik Bali. Karena kita tidak ingin hutan sepi tanpa kicauan burung. Kalau lingkungan kita tanpa burung sangat sunyi. Disamping itu, vurung juga salah satu pembasmi hama, burung juga menyebar bibit-bibit pohon pada saat membuang kotoran. Oleh karena itu, marilah kita lestarikan burung untuk menjaga keseimbangan ekosisten hutan dan air,”pintanya. (winata/balipost)