MATARAM, BALIPOST.com – Sustainable Tourism ingin terus didorong ke level dunia oleh Menpar Arief Yahya. Saat Rakor Pusat Monitoring Sustainable Tourism Observatory, Lombok, Kamis (6/4), seluruh stakeholder strategis dikerahkan ke Lombok.
Misinya, membuat sustainable tourism Indonesia makin dilirik dunia. “Tiga hal dalam pembangunan Sustainable Tourism Development (STD) itu, yakni Cultural, Economic, Environment (CEE). Selama ini orang hanya menghitung cultural aspec saja, belum menyentuh pada economic dan environmental. Saat ini ketiganya harus seiring sejalan, sehingga pembangunan kepariwisataan itu bukan saja mengeliminir kemiskinan, tapi akan menjadi penyumbang devisa terbesar bagi bangsa seperti di Indonesia,” tegas Arief Yahya, yang mengatakan tourism akan menyumbang devisa terbesar di 2019 nanti, mengalahkan Oil and Gas, Coals dan CPO-Crude Palm Oil.
Karena itu, Menpar Arief Yahya setuju untuk menggelar Rakor Pusat Monitoring Sustainable Tourism Observatory di Lombok. Dia ingin terus membangun destinasi pariwisata yang berkelanjutan, yakni menjaga lingkungan (Environmental), memberdayakan budaya (Cultural) dan tetap memberikan benefit (Economic Value).
Menpar Arief Yahya sering menyingkat dengan istilah ECE, menomor satukan environment. “Untuk STD, Sustainable Tourism Development, Indonesia hasilnya bagus. Kita peringkat kedua setelah China,” ungkap dia.
Menpar Arief pun menurunkan kekuatan penuh di Lombok. Dari mulai I Gede Ardika, Ketua Tim Nasional Percepatan Pembangunan Sustainable Tourism Kemenpar hingga Frans Teguh, Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kementerian Pariwisata, terbang ke Lombok. Dari Daerah, ada Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lalu M Faozal, Kepala Dinas Pariwisata Kab. Sleman, Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar dan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran.
Kalangan akademisi diwakili Prof. M. Baiquni (MCSTO UGM), Vinky Rahman (MCSTO USU), Muhamad Ari Perdana (MCSTO ITB), Dr. Akhmad Saufi (MCSTO Unram), Putu Dana Pariawan Salain (MCSTO Universitas Udayana). Satunya lagi, Asosiasi Pariwisata di Lombok. “Acara Rakor ini bertujuan untuk memperkuat sinergi dan soliditasnPentahelix Pariwisata dalam rangka Indonesia Incorporated,” terang Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Dan Industri Pariwisata, Dadang Rizki Ratman.
“Kami juga akan memastikan progres, menyusun rencana kerja dan rekomendasi tindak lanjut, sharing knowlledge management tentang indikator dan isu strategis sustainable tourism practices,” timpal I Gede Ardika.
Kualitas Destinasi
Untuk mendorong percepatan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia, Kementerian Pariwisata telah memiliki program Penetapan Pusat Monitoring Untuk Observatorium Pariwisata Berkelanjutan (Monitoring Centre For Sustainable Tourism Observatories). Program ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas destinasi.
DI 2017 ini, Kementerian Pariwisata telah menetapkan 5 Pusat Monitoring. Yang pertama, Pusat Monitoring Universitas Sumatera Utara (USU). Wilayahnya mencakup observasi Kabupaten Samosir.
Berikutnya Pusat Monitoring Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan wilayah observasi Kabupaten Pangandaran. Setelah itu Pusat Monitoring Universitas Gajah Mada (UGM dengan wilayah observasi Kabupaten Sleman.
Berikutnya Pusat Monitoring Universitas Udayana (Unud) dengan wilayah observasi Kota Denpasar. Terakhir, ada Pusat Monitoring Universitas Mataram (Unram) dengan wilayah observasi Kabupaten Lombok Barat.
Dari kelima pusat monitoring tersebut, 3 Pusat Monitoring ITB, UGM, dan Unram) telah mendapat pengakuan dari UNWTO. Jejaring Pusat Monitoring diwadahi dalam Wonderful Indonesia Network Sustainable Tourism Observatori (WINSTO) yang juga merupakan bagian dari International Network Sustainable Tourism Observatory (INSTO). “Selama ini ketiganya sudah melakukan komunikasi dan memberikan update dan progres penerapan isu strategis penerapan pariwisata berkelanjutan kepada UNWTO di Madrid. Selanjutnya perlu ditindaklanjuti dengan program dan solusi konkrit dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas destinasi yang menjadi pusat observatorium tersebut,” sambung Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kemenpar Frans Teguh.
Sustainable Tourism Development, Sustainable Tourism Obesrvatori, dan Sertifikasi Sustainable Tourism sebagai upaya Kemenpar dalam mendorong pertumbuhan Sustainable Tourism di tanah air. Standarnya pun dibuat global. Acuannya, prinsip-prinsip dalam sustainable tourism UN-WTO.
Pembangunannya didukung secara ekologis dalam jangka panjang, layak secara ekonomi serta adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. “Ini sebagai upaya menarik sebanyak mungkin wisatawan mancanegara ke Indonesia yang tahun ini ditargetkan 15 juta dan akan menjadi 20 juta wisman pada 2019,” katanya. (kmb/balipost)