JAKARTA, BALIPOST.com – Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga berharap para Wirausaha Pemula (WP) membentuk atau bergabung dalam sebuah wadah koperasi. “Tujuannya, agar usaha para WP bisa lebih berkembang lagi melalui koperasi. Misalnya, ada WP yang membutuhkan bahan baku, koperasi yang akan menyiapkannya, termasuk bahan baku dari impor. Koperasi juga yang akan memasarkan produk hasil para WP,” kata Puspayoga pada acara Temu Konsultasi KKMB dan Temu Usaha Wirausaha Pemula di Jakarta, Kamis (6/4).
Di acara yang bertujuan meningkatkan daya saing koperasi dan UMKM di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) itu, Puspayoga mencontohkan 300 perajin dari tembaga asal Dusun Tuman, Boyolali, Jawa Tengah. “Produk mereka diekspor ke Eropa dan AS. Sementara bahan baku tembaganya diimpor dari Bulgaria. Koperasi yang akan menyiapkan bahan bakunya,” imbuh Menkop.
Selain itu, lanjut Puspayoga, para WP juga diharapkan bisa memanfaatkan KURBE (KUR Berorientasi Ekspor) dalam mengembangkan kualitas produk dan jaringan pemasarannya. “Bea impor bahan bakunya gratis, begitu juga ketika akan ekspor. Dengan bea impor dan ekspor gratis, maka biaya produksi otomatis menurun. Sehingga, daya saing produk UMKM atau WP kita akan meningkat. Itu tujuan utamanya, yaitu meningkatkan daya saing,” jelas Puspayoga.
Untuk itu, Puspayoga berharap pihaknya bisa bekerjasama dengan PT Sarinah untuk membantu pendanaan para UMKM yang berorientasi ekspor. “Misalnya, ketika UKM melakukan ekspor atas produknya, sebelum buyer membayar yang tenggatnya bisa sampai enam bulan, ketika si UKM akan memproduksi lagi dari mana uangnya? Ini yang harus kita kaji bersama, salah satunya bekerjasama dengan PT Sarinah,” tandas Menkop.
Dalam kesempatan yang sama, salah satu peraih WP tahun 2013 bernama Zarial Akbar asal Aceh bercerita bahwa usaha warung coklatnya berkembang setelah mendapat permodalan WP sebesar Rp 22 juta dari Kemenkop dan UKM. “Omset sebelum WP hanya Rp 15 juta perbulan. Setelah lima tahun mendapat program WP, omset usaha makanan dan minuman coklat saya meningkat menjadi Rp 100 juta perbulan,” jelas Zarial.Bahan Baku
Terkait bahan baku coklat, Zarial mengaku bahwa dirinya tidak mengalami kendala apapun. Pasalnya, bahan baku kakao cukup tersedia berasal dari Sumut dan Lampung. “Hanya saja, bahan baku yang kami peroleh masih dalam bentuk bahan mentah, sehingga kami harus mengolahnya terlebih dahulu sebelum menjadi bahan baku produk coklat,” aku Zarial seraya menyebutkan bahwa tahun 2017 ini usahanya akan merambah ke produk body and care dari coklat.
Menanggapi hal itu, Puspayoga meminta jajarannya untuk memikirkan masalah bahan baku yang masih mentah tersebut. “Kalau kakao itu sudah diolah terlebih dahulu maka harganya akan jauh lebih murah dari sisi biaya transportasi ke UKM. Harus kita pikirkan bagaimana agar bahan baku di hulu itu diolah terlebih dahulu sebelum sampai ke produsen coklat UKM. Kita harus berkoordinasi dengan kementrian lain mengenai masalah tersebut,” kata Menkop lagi.
Sedangkan Deputi Bidang Pembiayaan Kemenkop dan UKM Braman Setyo menjelaskan, pihaknya sudah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap lebih dari 2.000 WP sejak digulirkan tahun 2011 lalu, dengan hasil cukup menggembirakan. “Terjadi penambahan tenaga kerja sekitar 3.966 orang atau meningkat 38%. Omset juga meningkat dari Rp 15,5 miliar menjadi Rp 22,4 miliar atau meningkat 30,4%. Dari sisi aset, dari Rp 21 miliar menjadi Rp 40 miliar atau meningkat 39,9%. Artinya, program WP memang sangat strategis dalam mengembangkan wirausaha di Indonesia,” papar Braman.
Braman menjelaskan, acara yang diikui 70 orang KKMB (5 provinsi) dan 100 orang WP 2014-2015 (15 provinsi) ini digelar bertujuan untuk mempertemukan KKMB dengan WP sehingga terbentuk interaksi saling menguntungkan. “WP juga bisa bermitra dengan dunia usaha untuk memperluas akses pasar, termasuk kita akan meningkatkan kompetensi KKMB,” pungkas Braman. (Nikson/balipost)