Kiblat Wisata Halal
MIHAS 2017 merupakan ajang pameran produk halal yang digelar di Malaysia. (BP/ist)
JAKARTA, BALIPOST.com – Indonesia menargetkan akan menjadi kiblat pariwisata halal dunia pada 2019 mendatang. Berbagai upaya digencarkan, salah satunya Malaysia International Halal Showcase (MIHAS) 2017.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, tekad Indonesia begitu besar untuk menjadi destinasi wisata halal nomor satu dunia. Pasar wisata halal itu besar dengan spending yang tinggi. “Syarat 3S nya terpenuhi, untuk dipilih sebagai sasaran pasar,” kata Arief Yahya.

Ke-3S yang dimaksud adalah size, sustainable, dan spread. Langkah besar selanjutnya adalah aktivitas selling, sebagai kegiatan utama Kementerian Pariwisata tahun 2017. The 14th Malaysia International Halal Showcase (MIHAS) 2017 di Kuala Lumpur Convention Center adalah salah satu langkah tersebut.

MIHAS 2017 yang digelar 5-8 April menjadi event perdana bagi Kemenpar. Stand Wonderful Indonesia tampil beda dan menonjol diantara kebanyakan exhibitor yang menawarkan produk atau jasa halal lainnya sehingga kegiatan branding dan Halal Tourism Indonesia pun didapat. “Ini tentunya meningkatkan awareness Wonderful Indonesia sebagai destinasi wisata halal unggulan dunia,” ujar Ketua Tim Percepatan Wisata Halal Riyanto Sofyan, Senin (10/4).

Wisata halal itu adalah lifestye, gaya hidup, yang sehat. MIHAS adalah pameran produk halal terbesar di Asia. Event-nya pun rutin digelar setiap tahun di Kuala Lumpur oleh Kementerian Perdagangan International dan Industri (MITI) Malaysia. Event ini dibuat untuk menghubungkan para pelaku industri halal di seluruh dunia serta menampilkan produk atau jasa halal dari seluruh segmen industri dari berbagai negara.

Baca juga:  Dari Kejati akan Periksa Sejumlah Penjabat Unud hingga Presiden Ngaku “Surprised"

MIHAS 2017 menjadi salah satu event halal terbesar di dunia, dengan 580 exhibitor dari 33 negara. Termasuk anggota ASEAN, Timur Tengah, Turki, Brazil, Afrika Selatan, China, Jepang, dan Taiwan yang menargetkan perwakilan-perwakilan negara, perusahaan-perusahaan maupun individu yang tertarik dengan produk-produk dan jasa halal.

Target pengunjung tahun ini sejumlah 25.000 orang dari 67 negara, termasuk UEA, Iran, Pakistan, China, Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Indonesia. Pada 2016 lalu, MIHAS dkunjungi 22.027 pengunjung dari 75 negara dan menghasilkan transaksi bisnis sebesar RM1.14 miliar bagi 539 exhibitor.

“Wonderful Indonesia baru-baru ini cukup menonjol dan mendominasi di World Halal Travel Award tahun lalu, jadi MIHAS merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk melaksanakan strategi branding dan PR di ajang pameran halal yang mempunyai eksposur termasuk dalam kategori terbesar di dunia,” papar Riyanto.

Kegiatan selling pada MIHAS 2017 adalah B2B dan B2C dari berbagai sektor di industri halal termasuk pariwisata. Selain dari B2B, karena MIHAS 2017 dipadati oleh pengunjung dari Malaysia, maka peluang B2C pun sangat besar.

Diperkirakan sedikitnya ada 1.000 pengunjung mampir ke booth Wonderful Indonesia, yang secara serius ingin mengetahui, baik destinasi, hotel, maupun paket-paket wisata halal unggulan. Ada juga yang langsung membuat pesanan pada saat berkunjung.

Baca juga:  Festival Gandrung Sewu 2017 Banyuwangi Bidik Rekor MURI

Pada pembukaan MIHAS 2017, Deputi Perdana Menteri Malaysia Dato Seri’ Dr Ahmad Zahid Hamidi juga secara khusus mengunjungi stand Kemenpar Repubkik Indonesia, bukan Kementerian Perdagangan ataupun Kementerian Koperasi dan UKM meskipun acara ini didominasi produsen produk-produk halal.

Bahkan, Menteri Perdagangan dan Industri Internasional Malaysia, Dato’ Sri Mustapa Bin Mohamed meminta secara khusus pada Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal untuk menyambut Wakil Perdana Menteri Malaysia dan menjelaskan tentang pariwisata halal Indonesia di booth Wonderful Indonesia. Sebenarnya, persiapan untuk acara ini termasuk singkat. Banyak pelaku industri pariwisata Indonesia, baik hotel maupun travel agent di luar KPHN dan WHTA yang sangat antusias untuk berpartisipasi.

MIHAS 2017 sendiri diikuti oleh 19 peserta pelaku industri pariwisata halal Indonesia yang berasal dari tujuh wilayah, di antaranya Aceh, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Sementara, sebanyak 19 pelaku industri pariwisata halal yang berpartisipasi terdiri dari enam hotel (Sofyan Hotels Group, Santosa Villas and Resort Lombok, Pesonna Hotels Group, Cinnamon Hotel, Kampung Sumbar Alam Resort, dan Taman Ujung Resort, Karangasem, Bali), 13 travel agent (Kayate Holidays, Med Imam Travel, Glory Travel, Ero Tour, BMW 2002 Tours, Ghina Holiday, Exotic Travel), enam travel agent yang dibawa oleh Konsorsium ASPHURINDO (Atina Rahmataka Wisata, Al Haramain Jaya Wisata, Sindo Wisata Travel, Iskandaria Tour, Shwara Vedya Wisata, dan IBS Buana Sejahtera), dan diikuti pula oleh representatif dari Dinas Pariwisata Jawa Barat dan Karangasem, Bali.

Baca juga:  Ini loh 10 Destinasi Wisata Rekomendasi Menpar untuk Pemudik di Tegal

“Secara menyeluruh wisatawan muslim yang kita harapkan untuk mengunjungi Indonesia di tahun 2017 adalah sebanyak 3.1 dari total target Wisman tahun 2017 adalah 15 juta. Dengan berpartisipasi di MIHAS yang diikuti 580 exhibitor dari 33 negara yang berkonsentrasi terhadap transaksi B2B, maka sangat berpotensi bagi Indonesia untuk menciptakan berbagai peluang bisnis yang berkontribusi terhadap peningkatan wisman muslim ke Indonesia,” jelas Riyanto.

Menteri Pariwisata akan membuat kebijakan yakni menetapkan kriteria sendiri untuk standar wisata halal Indonesia berdasarkan standar global. Ia meyakini pada tahun 2017 akan mengalahkan Malaysia, dan pada tahun 2019 akan mengalahkan Thailand. ‘’Cara mengalahkannya adalah tourism kita perlu lebih baik dan mencapai global standard yang diakui. Supaya tidak terjadi perdebatan maka dari itu kita tetapkan sendiri,’’ ujar Arief Yahya.

Menpar menyebut, Indonesia perlu sertifikasi halal dalam beberapa sektor dan memiliki pelayanan internasional. “Thailand dan Singapore memiliki wisatawan muslim yang jauh lebih banyak dari Indonesia. Kalau mereka sudah miliki sertifikasi halal dan punya excellent service, kita juga harus,” ujarnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *