DENPASAR, BALIPOST.com – Sebelum dibunuh temannya, Mistari sempat menelepon istrinya, Marni yang tinggal di Banyuwangi. Dalam percakapan telepon, Marni menanyakan kapan pulang.
Suaminya menjawab belum bisa pulang. Biasanya setiap bulan suaminya pulang ke Banyuwangi.
Namun sudah tiga bulan tidak pulang. “Disini lagi sepi, belum bisa pulang,” tutur Marni menirukan ucapan suaminya semalam sebelum dibunuh.
Rencananya suaminya akan pulang setelah hari raya Kuningan. “Ternyata dia pulang untuk seterusnya,” cetusnya.
Ditemui di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Sabtu (15/4), Marni sedang menggendong anak keduanya. Wanita yang kini berstatus janda tersebut memiliki dua anak yang masih kecil. Anak pertamanya sudah kelas 3 SD.
Sebelumnya, Marni tinggal di Bali. Karena anak pertamanya akan sekolah sehingga, ia beserta anak kembali ke Jawa. Tinggal suaminya yang bekerja di Bali.Menurut penuturannya, pelaku baru saja sampai dari Jawa dan menemui suaminya. Pelaku diberikan makan dan diberikan tempat tinggal.
Bahkan pekerjaan juga diberikan oleh suaminya. “Suami saya menyuruh makan dulu di sana, karena suami saya akan bekerja,” tuturnya.
Tak disangka, perbuatan baik korban dibalas dengan gorokan sebilah pisau oleh pelaku, Rahmat Taufik. Pelaku dikatakan telah membawa pisau sejak dari Jawa.
Pisau yang sudah diasah. Ia menduga suaminya digorok saat tidur. Karena tidak ada luka lain di tubuh suaminya. Tetangga kostnya sempat heran melihat pelaku tidur di teras. “Kok jam segini belum berangkat kerja,” tiru Marni.
Setelah tetangga kostnya membangunkan korban, dilihat korban berlumuran darah. Ia menyesalkan belum bisa melihat suaminya untuk terakhir kalinya karena masih menunggu pemeriksaan kepolisian.
Rencananya suaminya diotopsi hari ini, Sabtu (15/4). Namun, diundur menjadi hari Senin (17/4). (Citta Maya/balipost)