BELU, BALIPOST.com – Datang ke Belu, menyaksikan event crossborder Atambua Adventure Offroad 2017 tidak akan merugi. Apalagi menyesal! Acara yang dihelat 22-23 April 2017, tidak teramat jauh dari destinasi wisata yang menjadi andalan di perbatasan Indonesia-Timor Leste itu.
Di Kabupaten Belu, yang menjadi crossborder dengan Timor Leste ini terdapat tempat wisata pantai, air terjun, dan wisata sejarah.
“Pantai Atapupu adalah andalan Atambua yang terletak di Desa Motaain, dekat perbatasan Timor Leste. Pantai berpasir putih ini merupakan tempat favorit warga Timor Leste berlibur,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan pariwisata Belu, Johanes Andes Prihatin, Selasa (18/7).
Bagi yang seleranya nuansa hutan nan sejuk, Air Terjun Mauhalek adalah pilihannya. Tempat wisata ini berjarak satu jam dari Atambua, di Dusun Fatumuti, Desa Raiulun, Kecamatan Lasiolat, Kebupaten Belu.
“Air terjun ini tidak jauh dari garis demarkasi RI-Timor Leste dan sumber air penting untuk warga lokal,” tambah Johanes.
Johanes menambahkan, Atambua juga memiliki destinasi wisata bersejarah yaitu Benteng Makes di Bukit Makes. Nama lainnya adalah Benteng Ranu Hitu atau Benteng Lapis Tujuh. Benteng terletak di puncak Bukit Makes. Sedangkan di Bukit Batu Maudemu, terletak di Desa Maudemu, terdapat peninggalan sejarah berupa kuburan Bangsa Melus.Anda tidak perlu mengkhawatirkan di mana harus bermalam. Di Atambua, ada Hotel Intan, Hotel Matahari dan Hotel Paradiso serta beberapa homestay. “Atambua masih berencana membangun hotel berbintang, namun hotel yang ada sekarang cukup menjadi andalan,” ujar Johanes.
Sebelum mendukung event Atambua Adventure Offroad 2017, Kementerian Pariwisata pernah menggelar Cross Border Festival pada Desember 2016 lalu di Lapangan Simpang Lima Atambua. Festival berupa konser musik itu sukses mendatangkan ribuan pengunjung termasuk dari Timor Leste.
Grup rock Jamrud saat itu memukau penonton dalam konsernya. Grup rock Slank juga pernah manggung di Atambua pada Mei 2016 dan tidak kalah ramainya.
Dalam Atambua Adventure Offroad 2017 nanti, touring pada hari pertama (22 april) dengan rute start Lapangan Simpang 5 Atambua menuju Air Terjun Mauhalek di kec Lasiolat, lanjut ke padang Fulan Fehan di Kec Lamaknen, dan ke Benteng Ranu Hitu di Kec Lamaknen, terus melintasi pegunungan Perbatasan RI-Timor Leste di kec Lamaknen dan kec Lamaknen Selatan.
Hari kedua (23 April) start dari Desa Naekasa di kec Tasifeto Barat, menuju kec Kakuluk Mesak, batas kab TTU, kembali menuju arah kota Atambua, finish di Lapangan Simpang Lima Atambua, dilanjutkan dengan malam hiburan dan acara penutup.
“Acara ini selain mempromosikan beberapa destinasi unggulan terutama kawasan wisata alam dan budaya yang ada di Kabupaten Belu, juga sebagai ajang silahturahmi anggota komunitas yang tersebar di seluruh kabupaten se-daratan Timor (Kupang, TTS, TTU, Belu dan Malaka) dan Timor Leste,” jelas Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty.
Bila yang ditargetkan ada 100 mobil, berarti akan ada 400 orang peserta dalam offroad, 100 orang berasal dari Timor Leste dengan penonton sekitar 1.000 orang. Belu sendiri ditargetkan wisman tahun ini thn ini 131 ribu orang. Sedangkan untuk di 3 PLB NTT (Motaain, Motamasin dan Wini) ditargetkan 301 ribu orang pada tahun 2017.
Esthy berharap, Atambua selain dapat menjadi kota festival budaya bagi Indonesia dan Timor Leste, juga menjadi arena ajang sport tourism. Menurutnya, bila Atambua dijadikan kota festival dan sport tourism, maka pariwisata di Belu akan semakin terdongkrak.
“Timor Leste sangat bisa diajak untuk terlibat dalam festival karena antara timur dan barat Pulau Timor memiliki budaya yang sama. Sport tourism kini juga bisa menjadi atraksi baru. Semuanya menjadi ajang untuk meningkatkan hubungan persahabatan yang lebih erat lagi bagi dua negara bertetangga ini,” kata Esthy.
Menpar Arief Yahya sendiri belum pernah mengunjungi destinasi yang dimaksud. Kalau ke Dili, ibu kota Timor Leste pernah, tetapi di perbatasan tempat aktivitas crossborder itu, belum dia jalani. (kmb/balipost)