YOGYAKARTA, BALIPOST.com – Serombongan wisatawan asing tampak asyik menikmati tumpeng dalam Upacara Adat Merti Tumpeng Robyong Kampung Wisata Dewa Bronto, Sabtu (22/4). Wisatawan dari Kanada dan Belanda itu duduk mengitari tumpeng dan mengambil nasi serta lauknya. 

“So delicious. I like it (enak sekali, saya suka, red),” ujar Sofie, asal Montreal saat ditanya mengenai makanan yang dicicipinya.

Sofie yang berprofesi sebagai perawat sedang liburan. Setelah dari Jogja, Sofie dan kawan-kawan akan mengunjungi Boroobudur, Bali, dan Labuhan Bajo. Dia merasa senang bisa mengikuti prosesi Merti Tumpeng Robyong yang menyajikan sejumlah atraksi seni.

Upacara adat yang rutin digelar setiap tahun di bantaran Kali Code ini diawali dengan kirab. Serombongan perempuan dengan tumpengnya serta Gunungan hasil bumi diarak keliling kampung, diiringi bergada. Arak-arakan dimulai dari kantor Kecamatan Mergangsan menuju panggung di pinggir Kali  Code.

Baca juga:  Didominasi Pelari Kenya, Toraja Marathon 2017 Berlangsung Sukses

Di panggung ini, berbagai pertunjukan seni digelar.  Mulai dari drumb band anak-anak, tarian dolanan anak, tari edan-edanan dan sebagainya. Sembari menunggu iringan kirab datang, pembukaan Merti Tumpeng Robyong pun dilakukan. Suparno, mewakili PJs Kepala Dinas Pariwisata Kota Jogja pun memberikan sambutan dan membuka acara yang berlangsung dua hari ini.

“Saya dengar ada kerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk mengembangkan kampung wisata ini lebih maju, lebih kondang. Jika sudah seperti itu jangan sampai yang ada di wilayah ini tidak siap. Acara yang sudah dipromosikan hingga ke seluruh Indonesia bahkan dunia ini harus bisa  rutin dan terus dipertahankan,” pesannya.

Usai dibuka, tumpeng yang sudah ditata di sepanjang jalan pinggir sungai dan di atas panggung didoakan dan dinikmati bersama. Siapapun yang hadir bebas memilih menu yang ada. Mau tumpeng nasi kuning atau nasi putih. “Ini wujud syukur atas nikmat dan anugerah dari Tuhan. Mari kita nikmati bersama,” ujar Marsudi, Ketua Kampung Wisata Dewa Bronto.

Baca juga:  Pecinta Diving, Ini Rekomendasi Kemenpar untuk Destinasi Wisata Bahari

Makan bersama atau dahar kembul pun berlangsung seru. Gelaran adat yang berfungsi menjaga kebersamaan ini pun begitu dirasakan. Warga Brontokusuman dan sekitarnya, seperti Lowanu dan tamu lain berbaur menjadi satu. Sembari menikmati tumpeng, atraksi budaya di tengah kali dimulai. Seorang Resi Sungai berdoa dengan tetembangan Jawa. Dan prosesi diakhiri dengan menebar bibit ikan di Sungai Code yang mengalir di kawasan Kampung Wisata Dewa Bronto.

Mengangkat tema “Raja Melawan Arus” atraksi ini bermakna bahwa pemimpin seharusnya bisa menjadi tokoh yang selalu memberi contoh dan mengajak semua warga untuk ‘melawan arus’ dengan sikap dan tindak tanduk  menolak budaya atau perilaku yang tidak pantas atau tidak baik.

Baca juga:  Presiden Setujui Uji Coba PPLN Tanpa Karantina di Bali, Ini Syaratnya

Atraksi doa sang resi di Kali Code yang mengalir cukup deras ini menjadi puncak acara siang itu. Malam harinya acara dilanjut dengan Pasar Seni dan pentas Seni. Minggu (23/4) ada Pasar Seni dan mancing bersama.

Menpar Arief Yahya menilai aktivitas budaya yang bernuansa tradisi seperti ini sebenarnya menjadi atraksi yang punya daya pikat tinggi. Joglosemar kaya dan kental akan tradisi turun temurun ini. “Di Calender of Events sebaiknya muncul, untuk dipromosikan lebih masif ke mancanegara,” kata Arief Yahya.

Pasar Eropa, kata dia, tertarik dengan nuansa tradisi seperti ini. “Budaya itu berlaku hukum, semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” kata Arief Yahya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *