BANGLI, BALIPOST.com – Pekan olahraga pelajar (Porjar) yang digelar Kabupaten Bangli tahun ini memunculkan kekecewaan sejumlah guru olahraga dan siswa SMA/SMK. Pasalnya Porjar kali ini tak lagi melibatkan pelajar tingkat SMA/SMK sebagai peserta, melainkan hanya melibatkan pelajar tingkat SD dan SMP.
I Ketut Sandia, guru olahraga SMAN 1 Kintamani merupakan salah satu guru yang mengaku kecewa dengan pelaksanaan Porjar tahun ini. Dia mengatakan pelaksanaan Porjar tahun ini berbeda dengan pelaksanaan Porjar (sebelumnya Porsenijar) tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun ini, Porjar hanya melibatkan peserta dari pelajar tingkat SD dan SMP. Sementara pelajar tingkat SMA/SMK tidak lagi dilibatkan.
Padahal untuk bisa mengikuti Porjar tahun ini, SMA/SMK melalui guru bidang studi olahraganya masing-masing telah melakukan persiapan/latihan terhadap anak didiknya sejak setahun terakhir. Sandia mengaku tidak mengetahui secara pasti apa yang menjadi alasan tidak diikutsertakannya pelajar SMA/SMK pada pelaksanaan Porjar kali ini.
Sejak adanya pengalihan kewenangan SMA/SMK dari kabupaten ke provinsi, menurutnya ada kesan ketidakpedulian pemerintah kabupaten terhadap SMA/SMK. Sandia mempertanyakan, kalau memang alasan tidak dilibatkannya pelajar SMA/SMK dalam Porjar karena adanya alih kewenangan di Provinsi lalu kenapa di Kabupaten lain pelaksanaan Porjar masih tetap melibatkan pelajar SMA/SMK seperti tahun sebelumnya. “Apakah Pemerintah Kabupaten Bangli sekarang tidak mau melihat potensi yang dimiliki pelajar SMA/SMK di Bangli lagi?” tanyanya, Senin (24/4).
Dengan tidak dilibatkannya pelajar SMA/SMK sebagai peserta Porjar, Sandia mengaku khawatir kedepannya Bangli tidak akan lagi memiliki atlet-atlet potensial yang bisa mewakili Bangli dalam ajang olahraga di tingkat Provinsi maupun nasional. Sebab bukan tidak mungkin dengan sudah tidak lagi dilibatkannya pelajar SMA/SMK dalam Porjar oleh Pemkab Bangli, akan ada banyak pelajar yang memiliki potensi di bidang olahraga memilih pindah bersekolah ke luar Bangli.
“Saat ini ada banyak anak-anak di sekolah kami yang bertanya kenapa mereka tidak lagi dilibatkan dalam Porjar. Sebagian besar anak-anak merasa sangat kecewa dengan hal tersebut,” terangnya.
Sementara itu Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Bangli Wayan Sedana saat dikonfirmasi mengatakan bahwa alasan tidak dilibatkannya pelajar SMA/SMK dalam Porjar kali ini karena kewenangan SMA/SMK kini sudah ada di Pemerintah Provinsi. Sehingga Pemkab Bangli tidak lagi menganggarkannya sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. “SMA/SMK saat ini kewenangannya ada di Provinsi. Sehingga kami tidak berani menganggarkan,” jelasnya.
Sedana menambahkan bahwa selain Kabupaten Bangli, ada beberapa kabupaten lainnya yang juga tidak melibatkan pelajar SMA/SMK dalam Porjar tahun ini. Salah satunya Tabanan. “Kabupaten lain ada juga yang seperti Bangli. Tabanan misalnya, tidak lagi melibatkan pelajar SMA/SMK dalam Porjar,” imbuhnya. (Dayu Swasrina/balipost)