BANYUWANGI, BALIPOST.com – Kinerja tim pemburu warga miskin (gakin) yang sering digemborkan Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim) disorot DPRD setempat. Wakil rakyat kota Gandrung ini mempertanyakan gebrakan dari tim itu. Sebab, masih ditemukan kasus gakin yang kesulitan berobat di rumah sakit.
Ketua Komisi I DPRD Banyuwangi, Fiky Septalinda mengatakan, data yang disodorkan Pemkab Banyuwangi, angka kemiskinan berdasarkan survei menurun. Namun, kondisi riil, masih ada gakin yang kekurangan.
Fakta terbaru, kata Fiky, salah satu warga Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, Suwarti (35), sempat kebingungan ketika menjalani operasi cesar di RSUD Genteng. “Operasi habis Rp 13 juta. Tapi, surat pemberitahuan miskin (SPM) yang dipakai sudah kadaluarsa. Akhirnya, kami turun tangan dan memberikan bantuan kekurangan biaya,” kata politisi PDIP ini, Kamis (27/4).
Warga ini, imbuh Fiky,baru bisa keluar RS setelah ada jaminan dari camat. Selain di Glenmore, pihaknya juga mendapatkan data di Kecamatan Genteng yang masuk perkotaan, masih banyak gakin. Karena itu, dia berharap aksi tim pemburu gakin bisa dirasakan di tengah masyarakat. “Saya pernah dengar itu pembentukan tim pemburu gakin. Tapi, belum pernah ketemu. Apakah dibentuk di tiap kecamatan dengan SK dan kerjasama dengan desa atau seperti apa,” katanya.
Srikandi PDIP ini berharap tim pemburu gakin bisa lebih gencar lagi. Mulai dari tingkat desa hingga Pemkab. Sehingga, tak ada lagi kasus gakin yang kesulitan berobat. Apalagi, jika sampai tersandera di RS.
Selama ini, kata Fiky, kasus gakin justru banyak ditemukan oleh tim independen di luar pemerintahan. “Seperti gakin di Glenmore ini, ditemukan oleh tim pemuda, bukan dari Pemkab,” sindirnya.
Dalam waktu dekat, Fiky berjanji akan berkoordinasi dengan Pemkab terkait berbagai program layanan yang digulirkan. Seperti, tim pemburu kemiskinan dan Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh). Tujuannya, memastikan program dan kegiatan dari berbagai tim tersebut. “Jadi, jangan sampai ada kesan mubazir. Terutama, bagi warga di pinggiran pedesaan,” pungkasnya. (Budi Wiriyanto/balipost)