MANGUPURA, BALIPOST.com – Jro Mangku Made Sania (62) sedang menunggu jemputan usai menghaturkan sesajen pamedek di Pura Geger, Sabtu (29/4). Pura Geger merupakan salah satu pura dang kahyangan. Terletak di Desa Peminge, Kuta Selatan. Untuk mencapai pura tersebut, melewati ladang kering. Sesekali monyet terlihat di tepi jalan menuju pura.
Berdasarkan cerita tetua setempat, Pura Geger dulu sempat menjadi tempat peristirahatan Dang Hyang Dwijendra. Sempat direhab tahun 1985 dan 1991, kini Pura Geger berdiri kokoh di atas karang yang menjorok ke Pantai Geger. Sehingga keindahan pantai terlihat dari atas pura. “Sebelum Danghyang Dwijendra (Danghyang Nirartha) ke Uluwatu, sempat beristirahat disini,” tutur Sania.
Pura Geger terdiri dari beji, palinggih Ida Danghyang Dwijendra, Ida Dalem Pamutih, Ida Batara Simpang Dalem Nusa, tempat stana macan dan monyet putih. Sejumlah tokoh masyarakat dan pejabat pernah ke pura tersebut untuk malukat dan memohon mendapatkan keturunan.
Pura Geger di empon dua banjar di Desa Peminge, Kuta Selatan. Meski begitu, banyak masyarakat dari luar banjar yang kerap menghaturkan bhakti ke Pura Geger. Tak terkecuali, umat dari Jawa.
Tak jauh dari Pura Geger, dengan menuruni anak tangga dan karang, tibalah di sebuah beji. Beji Pura Geger terletak di Pantai Geger. Bersembunyi di balik karang besar. Beberapa palinggih terdapat disana termasuk lingga. Disanalah pamedek biasa malukat. “Apalagi menjelang Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, bisa 24 jam ada orang malukat,” kata Nyoman Romi, pedagang yang berjualan di sekitar pura.
Di sekitar beji juga terdapat yeh (air) kelebutan. Namun yeh kelebutan hanya terlihat ketika air surut di sore hari. (citta maya/balipost)