BANGLI, BALIPOST.com – Pemberlakuan Perda Nomor 4 tahun 2015 tentang kawasan pelestarian anjing Kintamani tak berpengaruh banyak terhadap meningkatnya permintaan anjing ras Kintamani dengan warna bulu hitam, coklat dan anggrek. Dari empat warna bulu yang diakui dan dilindungi perda saat ini, masyarakat masih cenderung memilih anjing kintamani dengan warna bulu putih sebagai hewan peliharaan.

Wakil Ketua Kelompok Ternak Sari Kembang di Banjar Paketan Desa Sukawana Kintamani Ketut Kari, Minggu (30/4), mengungkapkan, dari empat jenis warna anjing Kintamani, yang paling banyak diminati para pecinta anjing selama ini adalah anjing Kintamani dengan warna bulu putih. Sementara permintaan terhadap anjing berbulu coklat, hitam dan anggrek, kata dia, masih agak jarang meskipun ketiga warna tersebut sudah diakui dan dilindung oleh Perda yang disahkan sejak setahun terakhir. “Sampai saat ini yang paling banyak diminati yang warna bulunya putih,” terangnya.

Baca juga:  Maling di Pasar Kidul Ternyata Residivis Curanmor

Diungkapkan Kari bahwa saat ini permintaan anjing Kintamani relatif stagnan. Tidak ada peningkatan permintaan yang signifikan dari sebelum maupun pasca diberlakukan perda tersebut.

Demikian juga dengan harga jualnya saat ini masih berada dikisaran harga Rp 400 ribu-1 juta per ekor untuk umur sekitar 2 bulanan tergantung kualitas anjing.

Peternak anjing lainnya Ketut Nonog juga mengakui bahwa sejak perda terbaru tentang kawasan pelestarian anjing Kintamani diberlakukan permintaan terhadap anjing Kintamani masih tetap sama. Hanya pengaruhnya, pascaperda diberlakukan perhatian pemerintah terhadap pelestarian dan peningkatan kualitas anjing Kintamani di Banjar Paketan Kintamani lebih meningkat.

Baca juga:  Dewan Sahkan Ranperda Pengelolaan dan Perlindungan Sapi Bali

Contohnya dengan rutin melakukan vaksinasi massal terhadap seluruh anjing yang ada di Sukawana. Selain itu sejak diberlakukannya perda tersebut anjing Kintamani kini sudah bisa menjadi hewan peliharaan favorit masyarakat.

Sementara itu disinggung mengenai kendala-kendala yang dihadapi peternak di Banjar Paketan dalam memelihara anjing, disebutkan Nonog salah satunya soal tingginya harga pakan. Dimana saat ini para peternak anjing kebanyakan memberikan pakan jadi dengan campuran poral untuk ternak anjingnya dibandingkan ketela. “Kalau dulu makannya ketela. Gampang kita cari. Sekarang sudah jarang masyarakat tanam ketela, sehingga kita beli makanan jadi. Per ekor biaya pakannya sekarang rata-rata Rp 10 ribu per hari,” ujarnya. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Perda Penjualan Janur ke Bali Harus Berijin Dinilai Tendensius
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *