PROBOLINGGO, BALIPOST.com – Berlibur ke Bromo, Tengger, Semeru (BTS) makin menyenangkan. Selain bisa adventure ke puncak gunung, ada juga Bukit Trianggulasi Bromo di puncak Gunung Ringgit, yang bisa disinggahi wisatawan. Selain menyimpan panorama yang indah, Bukit Trianggulasi juga menyimpan historikal dan legenda yang sangat oke untuk disimak.
Ya, belakangan ini, kawasan yang sedang dipersiapkan menjadi “10 Bali Baru” itu seperti tak pernah kehabisan stok destinasi wisata yang oke punya. Sebelumnya, Pemerintah Probolinggo sukses merilis destinasi wisata baru di Goa Batman di Kecamatan Sukapura. Dan sekarang, giliran Bukit Trianggulasi yang diperkenalkan ke publik.
Camat Sukapura, Yulius Christian menjelaskan, Bukit Trianggulasi Bromo yang berlokasi di Dusun Pusung Malang, Desa Sapikerep, Kecamatan Sukapura tepatnya di puncak Gunung Ringgit ini memang belum banyak diketahui masyarakat luas. Namun dirinya optimistis ke depannya bakal menjadi tren baru di kawasan wisata yang sudah mendunia ini.
“Bukit Triangulasi tidak hanya indah dan mempesona, namun memiliki muatan historikal dan legenda yang menyelimutinya. Saya yakin nantinya akan menjadi tempat wisata favorit. Kami sudah sukses memperkenalkan Goa Batman, tinggal memperbaiki infrastrukturnya,” jelas Yulius, Senin (1/5).
Yulius menambahkan, di Bukit Trianggulasi ini, wisatawan akan disuguhkan tradisi kuno turun-temurun masyarakat Tengger. Dalam legenda, Joko Temenggung Keliwung yang merupakan putra pertama Joko Seger dan Roro Anteng dipercaya masyarakat sekitar sebagai penguasa Gunung Ringgit dan sekitarnya. Konon Joko Temenggung Kliwung dianugerahi kawasan ini oleh orang tuanya itu.
“Story telling dan tradisi masyarakat Tengger inilah yang akan membuat pengunjungnya selalu rindu ingin kembali mengunjungi kawasan ini. Puncak dari Gunung Ringgit dengan ketinggian 2.500 meter dari permukaan laut (mdpl) ini sangat mungkin pandangan bebas bagi mata kita ke arah timur, utara dan selatan,” papar Yulius.
Wisata Bukit Trianggulasi secara lengkap menawarkan tiga pesona. Yang pertama, kemolekan alam dan historisnya. Yang kedua, kehangatan tradisi penduduknya. Satunya lag, sensasi irama adrenalin yang berbeda dari objek wisata manapun. Khususnya di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
“Kami telah menyiapkan beberapa rumah penduduk yang bermukim tepat di bawah bukit Trianggulasi. Ini bisa dijadikan peristirahatan sementara bagi para wisatawan sambil menunggu ‘sunrise’ tiba. Hangatnya keramahan tradisi penduduk dalam menyambut tamu seakan membuat mereka terlupa dengan dinginnya suasana malam Tengger,” kata Yulius.
Nuansa petualangan akan dijumpai di sana. Karenanya, sebelum berpetualang, wisatawan harus menyiapkan segala perbekalan untuk perjalanan satu malam dan segenap peralatan pribadi yang memadai. Baju hangat, jaket, sleeping bag, wind stoper, sarung tangan, kaca mata sun glass, sepatu tracking, dan senter atau penerangan, adalah bawaan wajib yang harus dipersiapkan sebelum berpetualang.
“Wisatawan yang hendak ke sana juga harus menggunakan transportasi khusus yaitu jeep Hardtop yang sudah didesain khusus agar mampu melewati jalur ekstrem menuju wisata Bukit Trianggulasi,” tutup Yulius.
Menpar Arief Yahya mengatakan, dijadikannya Bromo Tengger Semeru sebagai destinasi prioritas memang tidak main-main. Karenanya, pemerintah pusat telah memplot anggaran Rp 20 triliun untuk empat wilayah penyangga BTS. Yaitu, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Pasuruan. Jika dipukul rata, masing-masing daerah bakal mendapat jatah Rp 5 triliun.
“Pengembangan Wisata Bukit Trianggulasi di Dusun Pusung Malang, Desa Sapikerep, Kecamatan Sukapura, Probolinggo segera dilakukan. Itu akan menambah lengkap destinasi prioritas Bromo Tengger Semeru,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menyebut ini sebagai budaya dan tradisi yang memiliki kearifan lokal di Bromo. Dia mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik. Utamanya manajemen sampah yang sering dikeluhkan banyak pihak di destinasi pegunungan.
“Service atau pelayanan yang baik, kebersihan dan toilet yang terjaga, itu penting dalam jangka pendek. Jangka panjangnya adalah 3A, atraksi, amenitas dan akses, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi,” tukas Menpar Arief Yahya yang sejak mahasiswa memang hobi mendaki gunung itu. (kmb/balipost)