GIANYAR, BALIPOST.com – Punya rencana ke Bali bulan depan? Tanggal 3-4 Juni 2017 bisa menjadi rekomendasi, karena akan ada Festival Tepi Sawah 2017 di Omah Apik, Ubud. Dengan semangat collaborative art, beragam agenda akan hadir seperti workshop seni dan pendidikan lingkungan, serta penampilan seni musik, gerak dan tari.
Sejumlah seniman yang akan mengisi acara antara lain Tompi, Dewa Alit, Bona Alit, Sisca Guzheng, Brahma Diva Kencana, Nita Aartsen, Jasmine Okubo, Gustu Bramanta, Tebo Aumbara, Dodi Sambodo, dan Fascinating Rhytm Community.Tidak hanya itu, nanti juga akan ada kolaborasi antara pelaku seni dan pekerja kreatif dari berbagai cabang seni seperti musik, tari, theater, sinematografi, visual arts, kerajinan, serta berbagai cabang seni lainnya.
Namanya juga Festival Tepi Sawah, acaranya pun ditempatkan pada area di tepi sawah sebagai tempat utama kegiatan. Di tempat acara yang unik di pinggiran desa ini, penyelenggara akan merancang panggung khusus, Uma, yang melatar-depani panorama simbolik tempat aspirasi ini terlahir, di tepi sawah.
Adalah Anom Darsana, Nita Aartsen, dan Etha Widiyanto yang menjadi aktor penggagas event menarik ini. Tiga tokoh dari latar belakang yang berbeda ini mencoba memberi perhatian khusus terhadap perpaduan elemen kreatif dengan pendidikan serta penerapan akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup.
Munculnya ide untuk menggelar Festival Tepi Sawah ini didasari pemahaman akan masyarakat Bali yang telah meleburkan diri ke dalam proses berkesenian.“Kami akan mewujudkan festival ini dengan mengajak berbagai komunitas seni serta membangun beberapa relasi dan networking yang mendukung acara ini. Memberikan kesempatan kepada semua orang kreatif untuk berkarya adalah tujuan kami,” ujar Anom Darsana, Selasa (9/5).
Anom menambahkan, keseluruhan festival akan mencerminkan serta membawa pesan kesadaran akan kelestarian lingkungan dan prinsip reduce, reuse, recycle (kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang) baik dalam hal produksi, penjualan makanan dan minuman, penangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.
Festival Tepi Sawah yang terbilang unik ini terinspirasi dari siklus dan irama kehidupan masyarakat desa agraria di Bali, yang mewarnai hari-hari mereka dengan kesederhanaan damai dan kebersamaan selaras, dalam menanam harapannya, memupuk kesejahteraannya, bersabar menunggu hujan berhari-hari, sampai saat ketika bulir padi mulai menguning, mereka bersorak-sorai merayakannya.
“Festival Tepi Sawah dimaksudkan sebagai bagian dari sorak sorai itu. Festival ini mendamaikan dikotomi modern versus tradisional dengan mengupayakan collaborative art. Semangat kolektif khas masyarakat Bali menjadi semangat utama acara ini,” jelas Anom Darsana.
Ke depannya, Festival Tepi Sawah diproyeksikan sebagai sebuah acara kesenian tahunan berorientasi ramah lingkungan, yang akan melibatkan dan menghadirkan seniman-seniman dari berbagai cabang seni, untuk berkolaborasi dan berkarya dalam kebersamaan.
Dalam gerakan kesadaran lingkungan ini, Festival Tepi Sawah berkolaborasi dengan Clean Bali Series, sebuah program buku dan pendidikan tentang kesadaran lingkungan untuk anak-anak, yang sudah dimulai sejak tahun 2006.
Program ini telah aktif menggalang program bulanan “Bali Bersih” di venue festival, Omah Apik, bersama beberapa organisasi dan aktivis lingkungan, pendidikan, seni dan budaya, untuk memberikan ruang belajar kepada anak-anak setempat tentang Kesadaran Lingkungan.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyambut baik penyelenggaraan Festival Tepi Sawah 2017 ini. Festival ini menjadi sarana strategis untuk menghimpun berbagai potensi, pengalaman dan kerjasama festival di seluruh Indonesia agar dapat terselenggara secara efektif, semarak dan berdaya guna.
“Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam festival yang menarik. Festival telah menjadi ciri dan atraksi utama tiap daerah untuk menarik kunjungan wisatawan. Dalam satu tahun ini kita siapkan lebih dari 100 kegiatan festival yang diselenggarakan di berbagai daerah di Tanah Air sebagai daya tarik untuk mendatangkan kunjungan 15 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan menggerakan 265 juta wisatawan nusantara (wisnus) sebagai target tahun ini,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya memuji kelestarian seni budaya dan adat yang diwarisi masyarakat Ubud, Bali yang kokoh dan lestari yang menjadi salah satu daya tarik wisman dan wisnus berkunjung ke daerah itu.
“Saya bangga Ubud sudah mendapatkan penghargaan dari Majalah Condenas Traveller, sebagai destinasi pariwisata terbaik Asia (The Best City in Asia) 2013. Melalui festival ini, saya harapkan dijadikan sebagai pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas. Beragamnya seni budaya yang tersebar di seluruh Bali, tentu menimbulkan persaingan,” kata Menteri Arief Yahya. (kmb/balipost)