BANYUWANGI, BALIPOST.com – Pegawai RSUD Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur, bergolak. Mereka menggelar aksi di halaman RS setempat, Rabu (10/5) pagi. Aksi ini memprotes pemotongan insentif jasa pelayanan (jaspel) yang memberatkan.
Aksi karyawan RS milik Pemkab Banyuwangi ini digelar pukul 07.00 WIB, sebelum aktivitas pelayanan dimulai. Seluruh karyawan, mulai dari dokter hingga perawat berkumpul di halaman.
Mereka menggalang tanda tangan petisi. Isinya, mosi tak percaya dengan manajemen RSUD Genteng. Lalu doa bersama dan pembagian selebaran berisi sejumlah tuntutan. “Intinya, kami mengkritisi job description yang tumpang tindih. Ada juga masalah remunerasi jaspel yang penghitungannya tak transparan. Hasilnya memberatkan karyawan,” kata dr. Risandi Harry P, SpOT, salah satu karyawan RSUD Genteng usai aksi.
Menurutnya, sudah ada perda yang mengatur pemberian jaspel. Namun, yang diterima terkesan tak transparan. Bahkan, ada yang sampai minus. “Sebenarnya kami tak minta lebih, hanya transparansi,” keluhnya.
Pemotongan jaspel ini kata dia mulai dirasakan sejak Maret 2017.
Sebelumnya, masih normal. Saking parahnya, ada beberapa tenaga medis yang menolak mengambil remunerasi jaspel. “Katanya, tahun 2016 pemberian jaspel terlalu besar, akhirnya kita diminta mengembalikan. Tapi, kami inginnya transparan,” jelas dokter yang sudah dua tahun mengabdi ini.
Yang dikeluhkan lagi, uang lembur dari karyawan justru dimasukkan dalam hitungan jaspel. Selain jaspel, pihaknya mendesak perombakan tim remunerasi RSUD Genteng, kenaikan pangkat tepat waktu, rekruitmen karyawan sesuai aturan dan perbaikan gizi bagi karyawan shift malam.
“Intinya, kami ingin pelayanan di RSUD Genteng bisa lebih baik dengan pemberian hak karyawan sesuai jasa pekerjaanya,” jelasnya.
Pihaknya khawatir jika jaspel terus dipotong akan berdampak pada pelayanan RSUD di Banyuwangi selatan tersebut. Jumlah karyawan RSUD Genteng, kata dia, sekitar 150 orang, mereka ikut turun dalam aksi ini. Usai aksi, mereka kembali beraktivitas seperti biasa.
Sementara itu, Kasi Pelayanan Medik RSUD Genteng, dr. Sugiyo membantah adanya potongan jaspel. Melainkan, aturan pengembalian kelebihan jaspel yang sudah diterima karyawan di tahun 2016.
Pihaknya mengklaim, pengembalian jaspel ini sudah melalui tahapan sosialisasi ke seluruh karyawan. “Jadi bukan pemotongan jaspel, tapi pengembalian kelebihan jaspel. Dan ini sifatnya sementara,” kata Sugiyo didampingi Kasi Akutansi Didit EP.
Dijelaskan, pengembalian jaspel ini imbas temuan BPK tahun 2016 akibat pendapatan yang tak sesuai target. Nilainya Rp 2,5 miliar. Sehingga, karyawan yang menerima jaspel harus mengembalikannya.
Dia memastikan Juni mendatang pembayaran jaspel akan kembali normal. Dijelaskan, persentase pengembalian jaspel ini sesuai dengan kedudukan dan jabatan. Sehingga berbeda masing-masing karyawan.
Terkait kejadian ini, pihaknya berjanji akan kembali menggelar sosialisasi secara menyeluruh. Sebelumnya, pihaknya sudah lima kali menggelar sosialisasi, terakhir dua minggu lalu. “Kita akan gelar sosialisasi lagi secara menyeluruh, termasuk soal kenaikan pangkat dan lainnya. Jadi, biar clear,” jelas Sugiyo. Meski ada aksi, pihaknya menjamin pelayanan di RSUD Genteng tetap normal. (Budi Wiriyanto/balipost)