mutu
Pemerintah Desa Tukadsumaga, Kecamatan Grokgak memanfaatkan ADD untuk meningkatkan kualitas air bersih di desa setempat. Ini karena bertahun-tahun warga mendapatkan air yang kualitasnya tidak layak minum. (BP/ist)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Bertahu-tahun warga Desa Tukadsumaga, Kecamatan Gerokgak belum menikmati layanan air bersih berkualitas. Air bersih yang dialirkan dari sumber air kualitas buruk, hingga tidak layak minum. Warga bersama aparat desa akan melakukan pengolahan mutu air dengan memanfaatkan Alokasi Dana Desa (ADD) yang diterima dari pemerintah daerah.

Warga dari sembilan dusun ini sejak lama terpaksa memanfaatkan air bersih dari sumber air di kawasan hutan di Dusun Gandongan. Sejak sumber air ini dimanfaatkan, kualitasnya tidak layak minum. Dalam musim tertentu pasokan airnya keruh. Tidak ingin menganggu kesehatan, warga memanfaatkan air tersebut hanya untuk mandi, cuci, dan kakkus (MCK-red) saja. Sedangkan, kebutuhan air minum, warga membeli air kemasan siap minum. Selain itu, warga membeli air bersih dari Desa Sanggalangit.

Baca juga:  Malam Siwaratri, Persembahyangan Bersama di Pura Jagatnatha Ditiadakan

Selain kualitas, warga juga belum bisa menikmati pasokan air bersih dengan optimal. Ini karena debit air kecil. Sementara warga yang memerlukan air bersih semakin bertambah. Pihak pengelola melakukan pemakaian air dengan cara bergiliran.

Menyusul persoalan pelik itu, mulai disikapi tokoh masyarakat, perangkat desa dan difasilitasi anggota DPRD Buleleng Kadek Budiasa dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kecamatan Gerokgak. Untuk meningkatkan kualitas dan layanan air bersih di desa di Buleleng barat itu dilakukan dengan memanfaatkan ADD 2018 mendatang.

Anggota Dewan dari Fraksi Hati Nurani Rakyat (Hanura) Kadek Budiasa Jumat (12/5) mengatakan, perbaikan mutu air bersih di desa itu direncanakan dengan membuat bak penampungan untuk mentritmen air sebelum dialirkan ke rumah-rumah penduduk.

Baca juga:  "Recovery Rate" Penumpang di Bandara Ngurah Rai Hampir 90 Persen

Pihaknya bersama aparat desa melakukan studi banding ke Desa Musi yang lebih awal mentripmen air dengan menggunakan bak penampungan air. Bahkan, peningkatan mutu air di Desa Musi yang sudah bercampur belerang pun menjadi air layak konsumsi setelah dilakukan tritmen dengan bak penampungan itu. Untuk meniru langkah itu, tahun depan pemeirntah desa akan mengalokasikan jatah ADD sebesar Rp 200 juta.

“Kualitas air yang keruh itu membuat warga tidak berani menggunakan untuk memaok atau untuk minum. Masalah ini sudah dibicarakan para tokoh dan aparat desa dan bersama PDAM kami belajar mentritmen air kdengan membuat bak penampungan. Nanti akan ADD akan dialokasikan untuk membuat bak penampungan itu,” katanya.

Baca juga:  Krisis Air Bersih, Nusa Penida Butuh Mobil Tangki Distribusi Air

Budiasa menambahkan, bak untuk tempat mentritmen mutu air itu juga bisa difungsikan untuk menjaga stabilitas pasokan air kepada warga. Meskipun distribusinya masih bergiliran karena debit kecil, akan tetapi pasokannya tetap normal kepada warga sesuai jadwal yang sudah ditetapkan pihak pengelola air bersih. “Dari survai dan kajian teknis bak penampungan itu tidak saja mentritmen air, tetapi menjaga stabilitas pasokan kepada seluruh warga di desa,” jelasnya. (mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *