TABANAN, BALIPOST.com – Kurang lebih 5.000 warga memadati areal TMP Pancaka Tirta, Tabanan pada Sabtu (13/5) malam. Sejumlah tokoh ternama dan juga pentolan Partai PDIP, diantaranya Adi Wiryatama, Wakil Bupati Tabanan, Komang Gede Sanjaya, dan Ketua DPRD Tabanan, Ketut Suryadi, hadir. Masing-masing melakukan orasi yang intinya NKRI adalah harga mati.

Menurut Ketut Suryadi aksi ini merupakan bentuk solidaritas dan keprihatinan terhadap keadilan yang dilemahkan. Ia mengutarakan Basuki Tjahaja Purnama adalah simbol perjuangan, salah satu identifikasi kebenaran, keadilan dan kejujuran.

Baca juga:  Jadi Calo Penerimaan Pegawai PDAM, Oknum Pegawai Ditangkap

Dengan adanya putusan PN Jakarta Utara yang memenjarakan Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok, rakyat bergerak karena simbol keadilan telah dilemahkan. “Pesan yang ingin disampaikan dalam aksi ini, semua warga negara khususnya Tabanan agar tidak apatis karena negara sedang digoyang oleh radikalisme yang mengguncang empat pilar kebangsaan,” tegasnya.

Lanjut dikatakannya, sebagai warga negara, “kita harus membangun karena salah satunya terkait dengan keadilan sosial itu.”

Sebelumnya aksi serupa digelar di Lapangan Niti Mandala Renon pada Kamis (11/5) malam tepat saat perayaan Waisak. Ribuan warga di Denpasar berkumpul sebagai bentuk dukungan moral kepada Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Baca juga:  2019, Lakalantas di Tabanan Meningkat 24 Persen

Mereka juga membawa spanduk bertuliskan desakan agar Ahok dibebaskan dari penjara. Tak hanya warga Bali yang hadir, sejumlah warga negara asing juga menghadiri aksi yang juga dilakukan di beberapa daerah ini.

Aksi simpatik ini dilakukan setelah Ahok divonis dua tahun penjara atas penodaan agama oleh majelis hakim PN Jakarta Utara. Ribuan warga dari berbagai latar belakang tersebut memadati Lapangan Niti Mandala Renon, dengan mengenakan pakaian serba hitam dan masing-masing membawa lilin.

Baca juga:  DPRD Tabanan Belum Susun Jadwal Reses

Tak hanya menyalakan lilin untuk Ahok, mereka yang berasal dari berbagai suku dan agama yang berbeda ini juga melakukan doa bersama untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika. Berdasarkan pantauan, mereka juga menyayikan lagu-lagu kebangsaan seperti Indonesia Raya, Bangun Pemuda Pemudi, Maju Tak Gentar, hingga Satu Nusa Satu Bangsa serta membaca naskah Pancasila yang diikuti seluruh peserta. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *