jatah
Hamparan areal persawahan. (BP/Dok)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Petani di Kabupaten Buleleng, salah satunya di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan sebagian besar tetap memilih menggunakan pupuk kimia. Mereka enggan menggunakan pupuk organik yang kerap digelontor pemerintah lantaran memicu pertumbuhan gulma pada padi.

Lahan persawahan di desa berhawa sejuk ini masih cukup luas. Sebagian besar masih tertanami padi. Tak sedikit masyarakat menjadikan itu sebagai sumber pendapatan utama. Guna menggenjot produksi setiap musim, penggunaan pupuk kimia masih sangat mendominasi. Hal itu cukup berdampak buruk pada kondisi tanah. “Sejak dua tahun lalu diarahkan untuk pakai pupuk organik. Tapi sampai sekarang belum berhasil,” ujar Klian Subak Gede Sudaji, Ketut Sandiasa, Selasa (16/5).

Baca juga:  Bantu Petani dan Pedagang, Guru Se-Gianyar Belanja Hampir Setengah Miliar Rupiah

Penggunaan pupuk organik, sambungnya dinilai memicu pertumbuhan gulma sehingga berdampak pada pertumbuhan padi. Kondisi yang demikian menyebabkan biaya pemeliharaan yang dikeluarkan petani menjadi semakin besar. Berbeda halnya dengan pupuk kimia, di samping memberikan dampak lebih cepat pada pertumbuhan padi, juga tak memicu munculnya gulma.

Hal ini menjadikan petani lebih leluasa untuk menggeluti pekerjaan di sektor lain guna menambah penghasilan. “Kalau masa panennya antara organik dan kimia sebenarnya sama. Alasan untuk tidak memakai organik karena jadi pemicu gulma,” tuturnya.

Baca juga:  Berdayakan Petani lewat Beragam Subsidi

Ditambahkan, minimnya penggunaan pupuk ramah lingkungan itu terlihat dari bantuan yang tak terserap petani. Bantuan dibiarkan terbengkalai hingga kemasannya rusak. “Banyak pupuk yang kemasannya rusak. Ada juga yang terpaksa dibawa ke kebun,” tandasnya. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *