Pemandangan dari atas Gunung Api Purba Ngelanggeran. (BP/ist)
GUNUNGKIDUL, BALIPOST.com – Sudah bisa booking dan payment secara digital belum? Itulah pertanyaan Menpar Arief Yahya ketika menemukan homestay dan desa wisata yang berprospek bagus. “Kalau belum, segera bergabung ke ITX Indonesia Tourism Xchange,” jelas Menteri Arief Yahya di Jakarta.

Tawaran Menpar Arief itu sejatinya sangat menarik. Karena bergabung dengan ITX itu free website commerce, free booking system, free payment engine dan free asiatensi sampai bisa menjadi online company. Silakan klik di www.itx.co.id untuk info lebih lanjut.

Ada kawasan yang sangat lengkap dalam memenuhi kebutuhan wisata di Jogjakarta. Mau wisata alam, wisata budaya dan religi, hingga “adventure tourism” semua bisa dinikmati di satu tempat yaitu Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Desa Wisata Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul.

Mau live in, camping, outbond, berburu sunset” atau sunrise, climbing, rafling, tracking, flying fox, jelajah alam, hingga penelitian ilmiah semua bisa dilakukan di sini. Untuk menyelami kehidupan warga sehari-hari live in bisa dilakukan selama beberapa hari.

Penginapan berupa homestay sudah tersedia. Ada 80 homestay yang siap menampung. Ada Joglo dan Pendopo Pedukuhan yang bisa dipakai untuk latihan kesenian. Ada mushola dan toilet publik. Semuanya disiapkan untuk kenyamanan pengunjung/ wisatawan.

Live in di Desa Wisata Nglanggeran juga sangat menarik. Bisa belajar pertanian mulai dari menanam padi, membajak sawah, melepas ikan di kolam, bertani kakao (coklat) dan mengolahnya, membuat kerajinan ataupun ikut adat kendurian. Untuk pecinta coklat, ada Griya Coklat Nglanggeran yang menyediakan berbagai produk olahan coklat.

Bisa pula belajar seni tradisi. Tiap dusun memiliki kelompok kesenian. Mulai dari jathilan, reog, gejog lesung, calung hingga karawitan.

Baca juga:  Libur Lebaran, Delapan Maskapai Ajukan 724 Penerbangan Ekstra

“Di akhir kegiatan live in wisatawan bisa berkolaborasi pentas dengan warga. Baik di acara yang dibuat panggung maupun dalam format acara api unggun,” jelas Sugeng Handoko, Sekretaris Pokdarwis Nglanggeran.

Untuk camping dan outbond ada banyak lokasi. Ada sejumlah tanah lapang (camping ground) yang bisa dipakai. Baik di bawah maupun di atas puncak Gunung Api Purba yang berketinggian 200-700 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Kawasan Wisata Nglanggeran ini memiliki banyak keunikan yang terpelihara dengan baik. Di antaranya, pertama, tanaman pohon Termas. Tanaman ini hidup menempel di Lereng Gunung Api Purba Nglanggeran.

Tanaman ini diyakini oleh masyarakat setempat mampu menyembuhkan penyakit melalui getahnya. Tanaman ini menjalar, dan hanya Juru Kunci yang dapat mengambil getahnya untuk obat segala macam penyakit. Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan oleh khasiat getah ini antara lain liver, stroke, ambeien, batu ginjal, paru-paru dan lumpuh.

Keunikan kedua, adanya 7 KK (kepala keluarga) di puncak Gunung Api Purba Nglanggeran. Jumlah penghuni kawasan puncak ini tetap 7 KK (Mpu Pitu) sampai sekarang sebagai upaya pelestarian kawasan. Kepercayaan tersebut sudah turun temurun dan harus ditaati.

Sesuai dengan pesan sesepuh pepunden dari Dusun Tlogo, Eyang Iro Dikromo. Kawasan puncak ini bisa ditempuh sekitar 50 menit dari gerbang pendakian. Tempat yang sangat bagus untuk melihat _sunrise_ dan _sunset_.

Keunikan ketiga, mata air Comberan, yang tidak pernah kering yang ada di puncak Gunung Api Purba. Di samping mata air ini ada tempat pertapaan untuk laku prihatin. Namanya Tapak Syahadatain yang dipasang pada bulan Suro 2008 oleh 9 orang. Mereka memasang Tapak Syahadatain di lokasi Comberan dengan ritual 3 hari 3 malam.

Baca juga:  Ribuan Pungunjung Dieng Culture Festival Saksikan Jazz Atas Awan

Tempat ini menjadi favorit wisatawan karena udaranya sejuk. Air di sumber Comberan ini diyakini dapat membuat awet muda jika digunakan untuk cuci muka. “Namun ada aturan bagi perempuan yang sedang datang bulan dilarang masuk atau berada di Sumber Air Comberan,” tambah Sugeng.

Hal unik lainnya adalah adanya Arca Tanpa Kepala yang ditemukan di puncak Gunung Api Purba Nglanggeran. Tepatnya di kawasan sekitar song/Goa Putri. Hingga saat ini, arca tersebut masih terpelihara dengan baik.

Sedangkan hal lain yang menarik adalah Embung Kebun Buah Nglanggeran dan Air Terjun Njurug Talang Purba dan Kedung Kandang. Embung (tampungan air) Kebun Buah Nglanggeran berada di kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran dengan luas 0,34 hektare.

Digunakan untuk mengairi kebun buah seluas 20 hektare dengan tanaman buah durian dan kelengkeng. Jenis duriannya: Montong dan Kane. Embung ini 1,5 km arah tenggara dari pintu masuk Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba.

Sedangkan air terjun musiman berada di sebelah selatan Gunung Api Purba. Air terjun dengan hamparan terasering persawahan masyarakat Nglanggeran. Sebuah air terjun yang berbentuk undak-undakan batuan vulkanik sebagai aliran sungai ketika musim hujan.

Berbagai keunikan dan keindahan alam itu menjadikan kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran sebagai tempat favorit syuting. Baik untuk acara televisi maupun pembuatan film. Film Jenderal Soedirman, Rudy Habibie, dan lainnya, mengambil gambar di sini.

“Acara My Trip My Adventure (MTMA) sudah 5 kali syuting di sini. Sejak saat pertama ditayangkan dengan host pertamanya, hingga host-nya berganti-ganti. Begitu pula acara Travelasia,” urai Sugeng.

Sejumlah sekolah dan perguruan tinggi juga “langganan” ke Nglanggeran. Rombongan ini berulang datang meski dengan anggota yang berbeda. Misalnya saja ratusan pelajar dari Islamic Village Tangerang, ratusan siswa Global Mandiri Cibubur, ratusan pelajar SMP Santa Praticia Jakarta, SMA Dian Harapan Makassar, Dharma Bangsa Lampung dan puluhan mahasiswa Universitas Pancasila Jakarta maupun dari Universitas Diponegoro Semarang dan lainnya. Tak terhitung yang dari Jogja dan sekitarnya.

Baca juga:  Dari Bus Menuju Besakih Tergelincir hingga Jokowi Ajak Cucunya Main Air

Untuk yang “berbau” adventure ada wahana Tyroleans dan _mountain bike_. Uji adrenalin Anda dengan Tyroleans, meluncur di antara dua Gunung Batu Purba dengan tali kawat. Atau dengan naik sepeda meluncur di bukit-bukit sekitar kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran.

Data di Pokdarwis menunjukkan jumlah wisatawan mencapai rata-rata 14.000 per bulan (wisnus). Sedangkan wisatawan mancanegara sebanyak 2.000 an/tahun. Secara lebih rinci, Sugeng menjelaskan, jumlah wisatawan tahun 2014 mencapai 355 ribu dan tahun 2015 turun menjadi 235 ribu.

Bahkan tahun 2016, wisatawan domestik turun lagi menjadi Rp 173 ribu. “Penurunan itu efek dari kenaikan tiket masuk yang kami terapkan. Kenaikan dari Rp 7.000 menjadi Rp 15.000. Tapi, kendati jumlah pengunjung turun, pendapatan tetap naik,” tandas Sugeng.

Berjarak 25 km dari Kota Jogja, akses jalan aspal mulus sampai lokasi. Pemandangan alam hijau persawahan, menemani selama perjalanan. Jalan naik dan berliku dengan view Kota Jogja di bawahnya, bisa dinikmati selama perjalanan.

Kini, berbagai perbaikan dan penambahan fasilitas dilakukan. Di puncak Gunung Api Purba ditambah Pendopo yang bisa dipakai untuk latihan atau pentas kesenian. Juga penambahan toilet di beberapa lokasi. Semuanya untuk kenyamanan pengunjung. So, jika Anda dan rombongan punya agenda wisata dengan kebutuhan seperti di atas, Nglanggeran bisa jadi jujugan. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *