BANTUL, BALIPOST.com – Kalau sudah menyentuh aspek cultural value, Menpar Arief Yahya sangat yakin akan kepintaran pelaku usaha homestay di Yogyakarta. Mereka sudah mahir menampilkan keaslian budaya dan sentuhan tradisi lokal Jawa nya. “Tinggal menaikkan kapasitas commercial value-nya, untuk mengembangkan usahanya,” sebut Arief Yahya.
Caranya? Digitalisasi di semua lini, dari selling platform, menggunakan ITX Indonesia Tourism Xchange, lalu Management Information System (MIS), dan Executive Information System (EIS).
“Silakan gabung kr ITX, yang sudah diendors oleh Kemenpar, untuk menguasai aplikasi Customer Information System (CIS). Agar bisa connected dengan global market, dan bisa membuat program di low season. Seni mengelola bisnis akomodasi adalah mengelola low season,” kata Arief.
Salah satu contoh desa wisata yang direkomendasi untuk didatangi adalah Desa Wisata Tembi, atau yang juga familiar dengan sebutan “Dewi Tembi”. Berada di sana sudah sama dengan hadir dalam suasana pedesaan khas Yogya. Nuansa pedesaan dan ketenangan ala Yogya sangat terasa kendati lokasi Dewi Tembi begitu dekat dengan Kota Yogya.
Tema ini menjadi sangat menarik bagi dunia pariwisata, karena 18-19 Mei 2017 ini digelar Rakornas II/2017, di Bidakara Jakarta. Tema besarnya menuju proyeksi 20.000 homestay tahun 2017 ini. Menpar Arief sangat serius mengembangkan homestay itu, hingga target 2019 terbangun 100.000 di seluruh Indonesia.
Ya Dewi Tembi merupakan sebuah lokasi wisata berbasis pedesaan yang terletak di Jl. Parangtritis kilometer 8.5, Sewon, Bantul – Yogyakarta. Dengan hanya berjarak tempuh sekitar 15 menit dari Malioboro dan pusat kota Yogyakarta, lokasi Dusun Tembi tidaklah terlalu sulit untuk dicapai.
Akses menuju lokasi begitu mudah. Begitu masuk Jalan Parangtritis hanya perlu mencari plang bertuliskan “TEMBI” apabila akan melintas pada kilometer 8.5. Tinggal masuk sedikit ke kampung. Dan Anda akan menemukan banyak hal yang menyenangkan.
Tembi sebagai sebuah desa wisata pada awalnya adalah sebuah gagasan unik dari Menteri Kebudayaan Indonesia. Sang Menteri melihat potensi yang dimiliki Tembi sebagai sebuah desa kerajinan dan desa homestay. Dengan jumlah penduduk 911 jiwa (berdasarkan data dari KKN Tematik II UAJY 2008), mempunyai rumah homestay yang siap huni sebanyak 38 rumah.
Dalam rumah-rumah homestay tersebut, para pelancong/wisatawan dapat menikmati beberapa fasilitas standar kamar khas pedesaan, yang sekiranya mempunyai daya tarik yang lain daripada rumah homestay pada umumnya. Bisa menatap sawah yang menghijau dari depan homestay. Bisa merasakan keteduhan pepohonan yang menaungi kawasan homestay. Serta keramahan warga di Dewi Tembi.
Dengan begitu, wisatawan dapat mengalami pengalaman wisata yang berbeda yaitu wisata pedesaan. Bisa bermain, berwisata, namun juga belajar sekaligus bersosialisasi bersama warga Tembi yang siap menerima Anda dengan ramah.
Berbagai fasilitas dan pelayanan standar penginapan bisa dinikmati. Kebersihan, kenyamanan homestay di Dewi Tembi sudah diakui. Homestay Tembi pernah mendapat penghargaan Asean Green Homestay Award 2014. Penghargaan ini diterimakan di Manila, Filipina. Desa Wisata Tembi juga pernah menjadi yang terbaik se-kabupaten Bantul.
Ya, menginap di homestay Omah Tembi ibarat merasakan Yogya dari sisi yang berbeda. Nuansa pedesaan dan ketenangan ala Yogya sangat terasa. Yang pasti, tak perlu mahal-mahal untuk menikmati “kemewahan” yang dapat menyatu dengan kehidupan penduduk dan alam sekitar Desa Wisata Tembi ini.
Ada dua jenis homestay di Dewi Tembi. Homestay Non-AC tersedia 62 homestay. Dengan room rates Rp 200.000 mendapat fasilitas kamar mandi dalam dan makan pagi (breakfast). Sedangkan homestay AC ada 17 homestay yang terhimpun dalam Homestay Tembi, Omah Tembi dan Kampung Tembi. Fasilitas di homestay AC ini lebih lengkap. Ada water heater, hotspot area (wi fi) dan sarapan pagi. Room rate mulai Rp 275.000 (standard room), Rp 450.000 (family room) dan Rp 550.000 (deluxe family room).
Di lingkungan Homestay Tembi ada art shop dan tempat workshop batik serta membuat kerajinan. Ada galeri batik, pendopo dan hamparan sawah. Berbagai fasilitas itu merupakan sarana untuk wisatawan yang ingin live in menikmati keseharian warga Tembi. Bisa pula menikmati kesenian rakyat macam karawitan, wayang, gejog lesung maupun angklung.
“Bisa praktik membatik kain, membatik topeng kayu, membuat kerajinan tempat tisu, tempat pensil, membuat keramik, tatah sungging wayang, membuat dan melukis kipas atau mewarnai keramik,” urai Dawud Subroto, pengelola Desa Wisata Tembi.
Wisatawan bisa pula kegiatan kuliner membuat tempe dele, membuat sagon, atau membuat ceriping bonggol pisang. “Yang mau outbond juga bisa. Ada banyak paket permainan, seperti banyu mili, lomba pegang belut di sawah, menangkap bebek di sawah, lomba bakiak, membajak sawah, membuat memedi manuk dan sebagainya,” tambah Dawud.
Dewi Tembi sering menjadi langganan rombongan pelajar atau mahasiswa yang liburan atau live in menikmati suasana desa. Homestay di Dewi Tembi bisa menampung 110-130 tamu (untuk yang AC) dan bisa mencapai 1.000 tamu jika dengan yang non-AC.
Dengan keunikan dan kelebihan-kelebihannya, Dewi Tembi pernah menjadi “rumah” para calon Duta Besar saat pembekalan sebelum mereka bertugas di luar negeri. Pernah pula dua kali menjadi tempat syuting Farah Quin serta lokasi pembuatan beberapa film. (kmb/balipost)