MANGUPURA, BALIPOST.com – Operasi Kilat Badik 2017 yang melibatkan 4 pesawat tempur EMB-134 Super Tucano dari Skuadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, berlangsung sejak Senin (22/5) hingga Kamis (25/5). Tugas mereka adalah melaksanakan operasi pengamanan wilayah udara Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya di Selat Lombok.
Selain empat unit EMB-134 Super Tucano dengan delapan orang penerbang, Operasi Kilat Badik tahun ini juga didukung pesawat Hercules dan heli SAR dengan Pilot Mayor Betia Lukman dan Kopilot Ledda Nandar. Selain itu didukung tiga Patek, dan 29 ground crew dari Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.
Komandan Lanud Ngurah Rai, Kolonel Pnb Wayan Superman, Kamis (25/5), mengungkapkan rasa bangga lantaran Lanud Ngurah Rai diberi kepercayaan sebagai pangkalan laju pelaksanaan operasi Kilat Badik tahun ini. “Aman dari upaya pelanggaran penggunaan wilayah udara Indonesia di ALKI-II,” ujar Superman.
Komandan Unsur Super Tucano Letkol Pnb Taufik ‘Blue Marlin’ Andriadi menambahkan, Pangkalan TNI Angkatan Udara Ngurah Rai dipilih karena operasi yang digelar terkait pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II, di Selat Lombok. Hal ini dikarenakan, Selat Lombok merupakan jalur yang sangat strategis digunakan sebagai jalur transportasi internasional.
“Operasi di jalur ALKI-II ini lebih menyasar masalah illegal fishing, illegal loging, illegal entry, sea robbery, smuggling, dan human trafficking. Dalam hal ini, operasi di kawasan tersebut dilakukan untuk melaksanakan latihan jelajah medan dan mengamankan jalur laut di wilayah ALKI-II, tepatnya di Selat Lombok,” paparnya.
Pada jalur tersebut banyak kapal melintas dengan sasaran antara lain, illegal fishing, illegal logging, illegal oil, illegal mining, illegal entry, sea robbery, smuggling, human trafficking, dan lain-lain. (Yudi Karnaedi/balipost)