NEGARA, BALIPOST.com – Abrasi di pesisir Yehembang, Kecamatan Mendoyo Jembrana kini makin parah. Bahkan akses jalan desa yang ada di pinggir pantai yang menghubungkan jalan dari setra Yehembang ke Pura Rambut Siwi sudah putus bahkan tinggal sejengkal. Ketua Komisi C DPRD Jembrana IB Susrama dan anggota yang mengecek kondisi abrasi di pesisir Yehembang belum lama ini merasa prihatin.
Pihaknya mendesak agar pihak balai segera melakukan tindakan untuk mengamankan senderan dan jalan tersebut. Dikatakan sebenarnya jalan yang putus tersebut tidak hanya akses transportasi alternatif namun juga sebagai jalan subak. “Nanti disini bisa dibuat tanggul dan juga sebagai akses jalan subak, sehingga jika ini diamankan sawah warga juga akan aman. Kami akan koordinasi ke.balai,” jelasnya didampingi anggota Putu Kamawijaya.
Dari pengamatan sepanjang hampir satu kilometer pantai dari depan setra Yehembang hingga timur Pura Rambutsiwi hancur. Krib penahan gelombang sepanjang 300 meter juga tampak hancur. Abrasi juga mengancam pura pelinggih pengayat dewa baruna yang berada dipinggir pantai itu, setra dan jalan desa menuju pura Rambut Siwi juga putus karena hanyut.
Kondisi ini juga membuat warga di sekitar yang membuka warung di pinggir pantai resah. Karena sebagian warungnya sudah hancur. Sehingga mereka memasang pengaman dengan mengisi kaping dengan pasir.
Saat ini jarak bibir pantai dengan akses jalan desa tersebut hanya tersisa tidak lebih dari 25 cm. Kondisi ini tentu saja juga mengancam belasan rumah warga dan hektaran sawah di Subak Yehembang.
Sejumlah warga mengatakan jika abrasi di pesisir Yehembang tidak segera ditangani, bukan saja jalan dan rumah warga serta hektaran sawah yang terancam, namun juga mengancam keberadaan Pura Rambut Siwi dan Setra Yehembang.
Perbekel Yehembang Made Semadi sebelumnya mengatakan pihaknya sudah melaporkan rusaknya krib/senderan penahan ombak yang diterjang abrasi diwilayahnya ke balai.
Pihaknya juga sudah melakukan langkah fisik berupa pengurugan di bebarapa titik krib yang tergerus. “Kami sudah bersurat ke balai, melalui kabupaten saat krib mulai rusak,” jelasnya.
Dikatakan saat kerusakan dengan volume 30 meter, sudah sempat ditanggapi pihak Balai dengan mengukur kerusakan berikut mendatangkan material untuk perbaikan, namun ketika material sudah ditaruh di lokasi, gelombang besar kembali menghanyutkan seluruh material berikut urugan yang dilakukan secara swadaya oleh desa.
Dikatakan karena kerusakan semakin parah, sekitar 300 meter, pihaknya kembali mengukur ulang, volume krib yang rusak, termasuk membuat laporan ulang kerusakan ke Balai pada bangunan krib yang dibuat sekitar tahun 2000. Naiknya ombak tidak hanya merusak krib, alur sungai yang berada di utara kuburan berikut sebuah jembatan menuju kuburan, juga ikut terkena imbasnya. “Itu sudah dicantumkan laporannya untuk disampaikan ke Balai,“ kata Semadi.
Pihaknya berharap abrasi tidak melenyapkan kuburan di sana. Konstruksi senderan katanya perlu ditingkatkan dengan menggunakan batu armor/bronjong.
Abrasi di pesisir Yehembang sudah sangat parah dan mengancam akses jalan, rumah warga, setra dan Pura Rambut Siwi, termasuk hektaran sawah.
Pihaknya berharap pihak pemerintah segera menangani abrasi tersebut, apalagi pihaknya telah sering melaporkan dan mengusulkan melalui pemerintah daerah. (kmb/balipost)