AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejumlah perajin di Karangasem sudah berhasil membuat berbagai jenis produk olahan dengan bahan dasar salak. Produk olahan karya sejumlah kelompok wanita tani (KWT) ini bahkan sudah mampu merambah toko ataupun pasar modern di wilayah Denpasar dan sekitarnya.
Buah salak yang produksinya melimpah diolah menjadi berbagai jenis camilan mulai dari manisan salak, keripik, dodol, pia hingga coklat dodol salak. Berbagai jenis camilan itu tentunya memiliki cita rasa khas.
Di satu sisi kekhasan rasa itu menjadikan sejumlah produk sangat laku di pasaran, namun di sisi lain ada produk yang masih perlu sentuhan teknologi. Sedangkan dari sisi kemasan, rata-rata cukup menarik sehingga layak menjadi salah satu ikon oleh-oleh khas Karangasem. “Dodol yang agak kurang peminatnya. Masyarakat tahunya dodol itu manis, tapi untuk dodol salak masih ada kecutnya,” ungkap Ni Wayan Murdani (38), Ketua KWT Putri Mandiri, Banjar Juwuk Legil Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem.
Selain sudah masuk ke sejumlah toko modern, produk olahan salak Karangasem juga dipasarkan di sejumlah pasar oleh-oleh di luar Karangasem. Kerja keras para para perajin dalam menyiasati melimpahnya produksi salak bahkan mendapat apresiasi dari Pemerintah Pusat. Dari kerajinan tersebut, Murdani contohnya, November 2016 lalu sempat diterima langsung Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta.
Di Kecamatan Selat ada beberapa KWT dan perajin perorangan yang membuat produk olahan salak. Wayan Pica Antara (40) salah satunya. Pria asal Banjar Perangsari, Desa Duda Utara itu bahkan sudah menggeluti usaha tersebut sejak 2007.
Namun usaha suami Ni Kadek Sri Widari (38) itu mulai berkembang setelah tiga tahun kemudian. Saat ini usaha miliknya mampu menyerap 15 tenaga kerja yang berasal dari berbagai kelompok umur. “Kerjanya sistem borongan. Kalau dirata-ratakan upahnya Rp 900 ribu per orang per bulan,” ucapnya.
Pica Antara termasuk pelopor di bidang produk olahan salak bersama I Komang Cenik (42) yang tak lain suami Ni Wayan Murdani. Menariknya, meski dihadapkan pada persaingan, Murdani dan Pica Antara selalu berkoordinasi dan bekerjama baik dalam urusan jenis produk maupun dalam penentuan harga. Sedangkan salak yang diolah menjadi produk camilan hanya jenis salak biasa, bukan salak gula pasir. (kmb/balipost)