kualitas
Pembinaan kepada para pinandita dan serati. (BP/dwa)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Masih banyaknya pelaksanaan upacara yang mengedepankan gengsi atau kuantitasnya mendorong PHDI Kabupaten Klungkung bekerja sama dengan Majelis Madya Desa Pakraman mengadakan pembinaan kepada para pinandita dan serati (tukang banten), Minggu (28/5) bertempat di wantilan Pura Jagat Natha.

Para pengurus PHDI Klungkung masih melihat pelaksanaan yadnya di masyarakat belum sepenuhnya berakar pada tatwa ajaran agama. Masih saja ditemukan ada masyarakat dalam melaksanakan yadnya mengedepankan kuantitas atau mengejar gengsi. Tidak itu saja, dalam membuat upakara (banten) masih ditemukan hanya berdasarkan ‘gugun tuon’ (tradisi) yang belum tentu sesuai dengan ajaran agama.

Baca juga:  Bandara Bali Utara Diakomodir dalam Revisi Perda RTRWP Bali, Ubah Struktur Transportasi

Berangkat dari sebagian kecil persoalan yang muncul di masyarakat itu dilaksanakan pembinaan yang melibatkan sebanyak 300 pinandita dan serati. PHDI mendatangkan narasumber diantaranya, Ida Sri Mpu Sura Dharma Jnana, Ida Bhawati Kadek Sunarta, Ketut Ardana dan Dewa Ketut Soma.

Ketua PHDI Kabupaten Klungkung Putu Suarta disela –sela kegiatan menyampaikan pembinaan ini lebih menekankan pemahaman baik pinandita dalam memimpin jalannya pelaksanaan upacara yadnya dan serati dalam membuat upakara atau banten.

“Pelaksanaan upacara selama ini masih beragam sesuai konsep desa kala patra, tapi hakekat utama atau inti dari pelaksanaan upacara itu jangan sampai menyimpang jauh dari tatwa. Demikian juga serati jangan sampai ada isitilah pejati di tempat a dan pejati di tempat b,” tandas Suarta.

Baca juga:  PHDI Pusat dan Umat Hindu Gelar "Mlehpeh Nyomya Sunya Jagat Kertih"

Ia juga menekankan dalam membuat banten tidak berdasarkan gugun tuon alias kebiasaan yang keluar dari pakem agama. Kegiatan ini juga untuk kembali menekankan pembuatan banten agar disesuaikan dengan tatwa dan plutuk yang ada, sehingga upakara atau banten itu sesuai dengan tujuannya, ujar Suarta seraya menambahkan jika upakara sudah sesuai tatwa tidak lagi ada kesan beragama Hindu itu berat.

“Agama Hindu itu fleksible, kalau kita beryadnya lebih mengedepankan kualitas daripada kuantitas,” imbuhnya.

Baca juga:  Nyepi Dipastikan Tanpa Internet di HP

Pihaknya berharap setelah pembinaan ini para serati makin meningkatkan ketrampailan dan baktinya, selalu berpedoman pada tatwa dan plutuk. Para narasumber membawakan makalah masing-masing, Ida Sri Mpu Dharma Jnana membawakan makalah terkait eksistensi dan sesana pemangku (pinandita), Ida Bhawati Kadek Sunarta membawakan makalah tentang eksistensi dan sesana serati banten. Sedangkan dua narasumber lainnya, Ketut Ardana membawakan makalah tentang prilaku hidup bersih dan sehat di Pura dan Dewa Ketut Soma membawakan makalah tentang upacara dan upakara yadnya. (dewa farendra/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *