SLEMAN, BALIPOST.com – Pesan Rakornas Pariwisata II/2017 soal Homestay Desa Wisata terus menggelinding di daerah-daerah. Salah satunya, Kabupaten Sleman, Jogjakarta yang dipimpin Bupati Sri Purnomo. Mereka berencana menggenjot pertumbuhan homestay untuk memenuhi kebutuhan akomodasi pariwisata.
Hal ini pernah disampaikan Bupati Sri Purnomo, saat Sosialisasi Kebijakan Kemenpar pada jurnalis Joglosemar, di Sheraton Mustika, Jogja lalu. “Sleman akan terus mendorong Homestay Desa Wisata, karena sudah dikeluarkan moratorium hotel hingga 2021 mendatang. Jadi tidak akan ada hotel baru sampai 2021. Yang ada homestay desa wisata,” kata Sri Purnomo.
Kepastian itu diperkuat oleh Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman Sudarningsih, hari Minggu, 28 Mei 2017 lalu. “Untuk memenuhi akomodasi wisatawan, saat ini kami sedang mengembangkan homestay di desa-desa wisata,” kata dia.
Saat ini, Sleman telah memiliki 300-an unit homestay yang tersebar di berbagai desa wisata. Salah satunya di Desa Wisata Pentingsari dengan 50 unit homestay. Hal ini tentu akan mendukung pencapaian target pariwisata nasional, yakni 20 ribu homestay desa wisata tahun 2017 dan 20 juta wisatawan pada 2020.
Bahkan, untuk meningkatkan minat mengembangkan desa wisata, Dispar Sleman juga akan menyelenggarakan kegiatan Travel Dialog dengan para pelajar. Kegiatan tersebut diarahkan para pelajar mau berkegiatan dan berwisata ke desa wisata setempat.
“Belum lama ini sudah ada 200 sampai 300 pelajar yang ingin belajar di desa wisata. Di desa wisata para pelajar bisa belajar mengenai budaya dan keseharian masyarakat desa,” kata perempuan yang akrab disapa Ning itu.
Ning memaparkan, Sleman sudah memiliki 31 desa wisata yang tersebar di 17 kecamatan. Seluruh desa wisata tersebut menyuguhkan berbagai pilihan pariwisata yang beragam. Mulai dari agrowisata, budaya, hingga pesona alam.
“Peningkatan kunjungan ke desa wisata akan berdampak baik bagi distribusi pendapatan masyarakat. Pasalnya desa wisata memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Bahkan tahun lalu Desa Pentingsari mampu mencetak transaksi senilai Rp 2 miliar,” ungkap Ning.
Isu homestay desa wisata semakin mencuat. Hal itu karena Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menetapkan homestay desa wisata sebagai unggulan ketiga setelah Go Digital dan Air Connectivity di peta top three prioritas kerja Kementerian Pariwisata.
Menpar Arief Yahya mengatakan, desa wisata bisa menjadi atraksi tersendiri bagi wisatawan. Kawasan sekitar Borobudur merupakan contoh yang tepat dalam pengembangan desa wisata. Sebab, wisatawan yang mengunjungi candi Buddha terbesar di dunia itu juga bisa mengunjungi kawasan sekitarnya.
“Selama ini, biasanya hanya ke Candi Borobudur, setelah itu selesai. Sekarang bisa dilihat, atas bantuan BUMN, BUMDes, dan masyarakat, kawasan wisata Borobudur sedang dikembangkan menjadi kawasan yang besar. Bukan hanya datang untuk melihat candi. Tapi juga aktivitas wisata lain di sekitarnya. Menikmati candi tanpa menyentuh,” katanya.
Lebih lanjut Menpar Arief Yahya mengharapkan konsep yang diterapkan di sekitar Borobudur tersebut bisa diadopsi daerah lain. Apalagi Indonesia memang kaya akan alam, budaya, kuliner, dan kerajinan.
“Menarik kalau dicermati masyarakat sekarang, terutama anak-anak, menyukai pengalaman wisata yang baru. Misalnya memandikan kerbau, menangkap belut, ikan itu saja sekarang bisa dijual. Beda dengan dulu,” tuturnya.Selain itu, Menpar Arief Yahya mejelaskan komitmen pemerintah dalam menyediakan segala kebutuhan guna mendukung pengembangan pariwisata. Misalnya, infrastruktur, air, dan pengelolaan sampah. (kmb/balipost)