MANGUPURA, BALIPOST.com – Pemasangan beton precast (pracetak) L Shape pada saluran irigasi di Badung, tahun anggaran 2017 mengalami keterlambatan. Puluhan paket pekerjaan yang rencananya terealisasi awal tahun diperkirakan baru terwujud Juni mendatang.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (Kabid SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung, AA Gde Dalem, Selasa (30/5), membenarkan hal tersebut. “Yang tahun ini (realisasi proyek –red) pelelangan agak telat, karena perubahan OPD. Biasanya antara Februari dan Maret proyek sudah jalan, tapi ini mundur sampai Juni,” ujarnya.

Baca juga:  Bupati Giri Prasta Hadiri “Ngerobok” dan UMKM Kuliner 2022 di Desa Adat Kerobokan

Menurutnya, pengantian saluran irigasi yang dahulu mengunakan pasangan batu ini akan dilakukan di Subak Tungkub Mengwi, Subak Mambal dan Subak Buangga. “Tahun ini ada 50 paket lebih dan semua pakai L Shape. Tahun lalu juga hampir semua proyek pakai L Shape, kecuali pasanganya tinggi baru pakai cor cycloop,” jelasnya.

Terkait nilai proyek, pejabat asal Klungkung ini mengatakan bervariatif, mulai dari Rp 300 juta hingga Rp 5 miliar. “Nominal proyek bervariatif tergantung bobot pekerjaan. Namun, anggaran yang kami kelola untuk proyek pemasangan L Shape mencapai Rp 100 miliar lebih,” katanya.

Baca juga:  Bupati Giri Prasta Sebut Pancasila sebagai Rumah Bersama

Lebih lanjut diterangkan, alasan pemerintah mengganti dari pasangan batu menggunakan beton precast L Shape juga karena lebih praktis dari segi pengerjaan. Satu orang bisa memasang 15 meter dalam sehari. Artinya dua kali lipatnya, karena dengan pasangan batu paling pekerja proyek hanya mampu menyelesaikan 6 meter per hari.

Sementara Kepala Dinas PUPR Kabupaten Badung, IB Surya Suamba, menyebutkan pemerintah telah menggelontorkan anggaran besar untuk program penataan ini. Penggunaan beton precast L Shape diakui lebih tahan lama dibandingkan dengan pemasangan batu meski secara harga lebih mahal.

Baca juga:  Pjs. Bupati Minta Tingkatkan Pengawasan

“Penggunaan penggunaan beton precast L Shape lebih efisien, umum panjang, tuntutan pengerjaan cepat karena petani perlu air,” ucapnya.

Diakui pembangunan fisik model lama yakni pasangan batu tak cukup kuat. Paling dalam jangka waktu lima tahun sudah rusak. Berbeda dengan menggunakan beton, umurnya bisa lebih tahan lama dengan jangka waktu bisa 50 tahun. “Kami targetkan dalam 5 tahun seluruh saluran irigasi kita mantap demi badung hebat,” pungkasnya. (Parwata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *