Museum Islam di Lamongan. (BP/ist)
LAMONGAN, BALIPOST.com – Ingin berwisata sejarah Islam? Atau ngabuburit sambil mengetahui kebesaran Islam di masa lalu? Indonesian Islamic Art Museum atau Museum Islam adalah tempat yang tepat. Museum yang berada di Wisata Bahari Lamongan (WBL) Jl Paciran, Lamongan, Jawa Timur ini berisi sejarah kebesaran Islam di seluruh dunia.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengacungi jempol ide membangun museum Islam itu. “Pas untuk masyarakat di Bulan Ramadan ini,” kata Menteri Arief Yahya, yang concern di wisata religi selama bulan suci ini.

Pengembang Indonesian Islamic Art Museum, Reno Halsamer mengatakan, museum yang dibuka mulai 28 Desember 2016 ini sangat perlu dan penting. Sebab, di Indonesia belum ada yang menjelaskan secara runtut dari awal terkait sejarah Islam.

“Museum ini menjadi penting, karena pengunjung setelah masuk ke museum menjadi lebih tahu, menjadi tahu tentang sejarah the glory of Islam. Museum Islam ini terdiri dari tiga zona utama, yaitu zona audio visual, zona galeri peninggalan kerajaan Islam dunia dan zona diorama,” jelas Reno, Kamis (1/6).

Reno memaparkan, di zona audio visual, pengunjung disuguhkan pemutaran film pendek berdurasi 15 tentang sejarah peradaban Islam dunia mulai dari gambaran jazirah Arab di masa lalu, kedatangan Nabi Muhammad SAW, masa kekhalifahan, hingga penyebaran Islam ke penjuru dunia.

Baca juga:  Perusahaan Tambang di Morotai Ingin Kembangkan Pariwisata Berbasis Masyarakat

“Di zona galeri peninggalan kerajaan Islam, yang dibagi ke dalam tujuh galeri utama, museum Islam menyuguhkan koleksi benda-benda bersejarah dari berbagai penjuru dunia,” ungkap Reno.

Koleksi benda-benda bersejarah mulai dari galeri peninggalan kerajaan Ottoman Turki, Mughal India, Dinasti China, Samudra Pasai Sumatera, Aceh, Mataram Islam dan rekam jejak Wali Songo di Pulau Jawa.

“Di zona dua masuk ‘the glory of Islam’. Di sana kita menceritakan bagaimana perjalanan muslim itu sendiri menjadi sangat besar masuk ke Eropa Timur, salah satu kerajaan yang kita ambil adalah kerajaan Ottoman Turki, Ottoman salah satu kerajaan Islam terbesar karena lebih dari 600 tahun menguasai beberapa tempat, ini bisa menjadi sebuah contoh perkembangan Islam,” terang Reno.

Museum ini juga menyajikan artefak-artefak dari berbagai kerajaan yang ada di luar negeri. Seperti Ottoman Turki, Mughal India (Taj Mahal) dan masa kedinastian China. Seperti pedang Zulfikar Shamsir, baju perang Turki atau baju zirah, manuskrip Al-qur’an dan masih banyak lainnya.

Ada pula ratusan koleksi keramik dari dinasti Tang, Song, Yuan, Qing dan kerajaan Champa hingga beberapa kain gujarat dari India. Tidak ketinggalan, di zona ini juga menyajikan benda-benda bersejarah dari kerajaan Islam Indonesia.

Baca juga:  Kembali, Tarif Retribusi Wisata Kintamani Dirancang Naik

“Pada zona yang terakhir, zona Diorama atau biasanya disebut dengan area photo spot, terdapat berbagai miniatur tiga dimensi. Seperti Masjid dan Kapal Cheng Ho, Masjid Agung Banten, Toko Persia dan gambaran perdagangan di masa penyebaran Islam di Indonesia,” sebutnya.

Untuk bisa menambah pengetahuan tentang sejarah peradaban Islam di Museum Islam ini, pengunjung hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 10.000 saat hari biasa (Senin-Kamis) dan Rp 15.000 untuk weekend (Jumat-Minggu) sebagai biaya tiket masuk Museum Islam ini.

“Kita punya ratusan koleksi, koleksi dari luar negeri juga ada. Kelebihan lain dari Indonesian Islamic Art Museum ini menjadi satu-satunya museum di Indonesia yang sudah berbasis teknologi informasi modern Augmented Reality (AR),” tambah Reno.

Dengan mendownload aplikasi AR Indonesian Islamic Art di Playstore, pengunjung bisa menscan gambar-gambar yang ada di museum yang nantinya akan tampil dalam bentuk tiga dimensi.

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga memuji langkah Museum Islam yang menggunakan sentuhan teknologi. Upayanya dinilai mampu menghadirkan nuansa pariwisata berbasis digital. Menteri Arief mengatakan, digitalisasi arsip sejarah Islam yang ada di museum ini membuat nyaman para pengunjung yang datang untuk menginternalisasi nilai sejarah. Menurutnya, cara ini dapat memberikan informasi peristiwa sejarah Islam yang lebih mendetail.

Baca juga:  Tabuh Baleganjur Hibur Warga Angers, Prancis

“Sangat unik, Indonesian Islamic Art Museum berani melakukan terobosan ini, bagus,” ungkap Menpar Arief Yahya.

Situasi kepariwisataan semacam ini, menurut Arief, tidak bisa dilepaskan dari pengaruh kepemimpinan yang kuat dan komitmen tinggi dalam pengelolaan dan usaha memperkenalkan wilayah.

Dalam rangka mendorong tingkat kunjungan ke tempat wisata Museum Islam ini, Menpar Arief Yahya mengusulkan agar kabupaten Lamongan meningkatkan networking sebagai media promosi. Ia meyakini, jika networking diperkuat, maka Lamongan akan dikenal sebagai pusat informasi sejarah Islam Indonesia.

“Saran saya, networking harus diperkuat untuk memperkenalkan ini semua, agar Lamongan benar-benar dikenal, secara faktual sudah kita lihat toh, ini harus diketahui,” ucap Menpar Arief Yahya.

Secara institusi, Menteri Arief mengaku siap membantu promosi pariwisata di Lamongan melalui jajaran kementerian yang dia pimpin, mengingat secara geografis, Lamongan merupakan daerah strategis yang mudah untuk dipromosikan.

“Kami siap membantu agar sektor pariwisata di Lamongan terus menggeliat, komitmen bupatinya luar biasa, harus dicontoh saya kira,” pungkas Arief Yahya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *