GIANYAR, BALIPOST.com – Pembangunan pasar darurat di lapangan Sutasoma Sukawati masih dalam pengerjaan hingga Jumat (6/2). Proses pembangunan yang direncanakan untuk tempat relokasi pedagang Pasar Seni Sukawati ini pun dipastikan sudah hampir sebulan molor dari batas waktu terakhir 7 Mei 2017 lalu.
Sementara Kadisperindag Gianyar yang sudah berkordinasi dengan pihak pemborong menarget pengerjaan ini tuntas Minggu depan.
Pantauan di Lapangan Sutasoma, Sukawati, sejumlah buruh bangunan masih nampak bekerja membangun pasar darurat yang berlokasi tepat di sebelah utara kampus Komunitas Gianyar itu. Sejumlah blok pun nampak masih belum tuntas, khususnya untuk pembangunan atap, padahal proyek yang mulai dibangun 24 Maret 2017 itu sudah melewati 45 hari kerja.
Pembangunan yang molor hampir sebulan ini diperkirakan terjadi lantaran keterlambatan sejumlah bahan baku, seperti kayu dan pasir. “Kemarin beberapa kali kayu dan pasir tak kunjung datang, kami pun tidak bisa bekerja,“ ucap seorang buruh bangunan yang namanya enggan dikorankan.
Selain itu warga setempat juga menyoroti komposisi pembangunan pasar darurat di Lapangan Sutasoma itu, yang kurang menyisakan tempat untuk areal parkir. “Semua kawasan lapangan dihabiskan untuk bangunan, dimana nanti kalau ada bus pariwisata atau kendaraan lainya yang mau parkir,“ ucap Ni Nyoman Laksmi seorang warga.
Sementara Kadisperindag Gianyar Wayan Suamba mengatakan berdasarkan pantauan terkahir yang ia lakukan, proses pengerjaan pasar dengan nilai anggaran Rp 1.059.965.000 ini memang belum selesai. “Memang masih proses, saya lihat sejumlah blok bangunan belakang memang belum dibuatkan atap,“ ucapnya.
Ia pun mengaku sudah berkordinasi dengan penyedia proyek CV. Dwi Arya Mandiri dan konsultan pengawas CV Tetaring Bali, guna mempercepat pengerjaan proyek tersebut. “ Kita sudah kordinasi karena ini molor cukup lama, paling cepat proyek ini tuntas minggu depan, “ katanya seraya menegaskan bahwa denda akan tetap dikenakan dengan hitungan perhari terlambat.
Suamba juga mengakui bahwa diareal yang sekarang dijadikan pasar darurat sangat minim tempat parkir, padahal para pedagang diperkirakan lebih lama menempati lokasi tersebut. “ Namanya juga pasar sementara, memang kendaraan seperti bus ukuran besar diperkirakan tidak bisa masuk, ini konsekunsi karena tidak ada tempat lain yang disetujui, “ tandasnya. (manik astajaya/balipost)