SINGARAJA, BALIPOST.com – Produksi kopi perkebunan Perusahaan Daerah Swatantra Kabupaten Buleleng di Desa Mengening, Kubutambahan, musim ini anjlok. Hal itu sebagai imbas cuaca buruk yang belakangan melanda. Kondisi serupa juga terjadi pada cengkeh.
Petani penggarap, Wayan Togog menuturkan produksi kopi musim ini tergolong kurang memuaskan. Jumlahnya diperkirakan turun kisaran 25 persen dari musim lalu, menyusul banyaknya bunga yang rontok akibat musim hujan yang berkepanjangan. “Dari sejak berbunga, hujan sering turun. Jadinya rontok. Secara otomatis produksi buah berkurang,” katanya, Minggu (4/6).
Dihadapkan kondisi demikian, petani paruh ini tak bisa berbuat banyak. Sebab itu fenomena alam yang sangat sulit teratasi. Sementara itu, khusus untuk serangan hama, dikatakan tidak ada. “Kalau kendala lain tidak ada. Paling kedepannya kami berharap ada bantuan pupuk dari pemerintah,” tuturnya.
Sementara itu, Kabag Perkebunan Peternakan PD Swatantra, Made Arya Suhartana mengungkapkan dari 47 hektar, 10 hektar lahan itu terisi kopi arabika dan robusta. Ia pun memperkirakan produksi kopi kering musim ini mengalami penurunan. “Kalau musim lalu produksinya 3,4 ton kering. Sekarang di bawah itu. Musim kurang mendukung,” jelasnya.
Meski turun, petani dinilai tidak merugi. Hasil panennya masih bisa menutupi biaya operasional. “Hasil panen kan tidak nol. Jadinya tidak rugi. Begitu kalau kopi,” ungkapnya.
Selain kopi, panen cengkeh musim ini juga nyaris nihil. Hal itu juga dipicu musim hujan yang berkepanjangan. “Yang tumbuh hanya daun saja. Tidak bisa jadi buah,” imbuhnya. (sosiawan/balipost)