BANGLI, BALIPOST.com – Budidaya tanaman strawberry di Bangli belum begitu banyak dikembangkan. Padahal jika dikembangkan dengan baik dan serius, keuntungan yang didapat cukup menjanjikan. Seperti yang dilakukan I Putu Angga asal Banjar Dajan Umah, Desa Pengotan, Kintamani, Bangli.
I Putu Angga menjelaskan, awalnya tidak ada niat untuk mengembangkan strawberry. Mengingat sebelum menanam strawberry, pihaknya lebih dulu mengembangkan ayam petelur. Kata dia, karena pamannya memiliki perkebunan strawberry, dirinya belajar pengembangan tanaman tersebut.
“Awalnya memang tidak ada keinginan untuk membudidayakan strawberry ini. Namun entah kenapa, setelah belajar di Bogor dan di beberapa tempat lainnya akhirnya saya memutuskan untuk mencoba mengembangkan strawberry dan sampai detik ini masih berlanjut,” ungkapnya.
Angga mengatakan, selain belajar di Bogor, ia juga harus kreatif untuk belajar di tempat lain. Salah satunya tempat yang menjadi sentra budidaya tanaman strawberry yakni Bedugul, Tabanan. Hanya saja, di Bedugul pengembangannya langsung ditanam di tanah. Sedangkan ia mencoba mengembangkan dengan sistem sekam (ditanam di atas memakai plastik menyertai hidroponik) yang akhirnya tumbuh dengan baik.
Kata pria umur 28 tahun itu, untuk mengembangkan tanaman ini tidak terlalu sulit. Apalagi, mengembangkan tanaman ini menggunakan media sekam dan tidak ditanam langsung di tanah. “Buah yang dihasilkan jauh lebih manis ketimbang ditanam langsung di tanah. Termasuk air yang dipakai juga tidak terlalu banyak. Kalau di tanah biasanya menghabiskan 5 truk air setiap bulannya, kalau memakai media sekam ini paling banyak 2 truk air,” katanya.
Untuk budidaya strawberry, lokasinya minimal memiliki ketinggian mencapai 1.000 sampai 1.500 dari permukaan laut. Sedangkana di lokasi pembudidayaan tanaman strawberry saat ini berada di ketinggian 1.100 dpl. “Jadi lokasinya cocok untuk pengembangan strawberry,” jelasnya Angga.
Disinggung pemasaran, Angga mengatakan sejauh ini pihaknya baru bisa memasarkan di Bangli. Pasalnya, untuk memenuhi kebutuhan strawberry di Bangli saja pihaknya masih kuwalahan. “Kalau untuk panen dengan populasi yang dimiliki dua hari sekali menghasilkan 10 kg strawberry. Dengan jumlah ini, saya bisa memenuhi kebutuhan ke konsumen yang kita ajak kerjasama termasuk kebutuhan yang yang dipakai di tempat ini. Di Bangli baru saya saja yang mengembangkan tanaman strawberry ini. petani lainnya belum ada yang mengembangkan strawberry ini. Jadi jika terus dikembangkan, prospeknya ke depan akan sangat menjanjikan,” sebutnya. (Eka Parananda/balipost)