DENPASAR, BALIPOST.com – Stan pameran dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-39 tahun ini dibuat lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Stan di bawah panggung terbuka Ardha Candra misalnya, kini berjumlah 92 stan dari tahun lalu yang hanya 46 stan.
Kendati demikian, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Provinsi Bali yang menangani stan kerajinan justru tidak berani menaikkan target transaksi. “Sekarang jumlah stan untuk kerajinan saja 216 ditambah 2 stan buku, jadi 218. Target transaksi tidak jauh berbeda dari tahun lalu sekitar Rp 12 miliar karena kondisi ekonomi seperti ini, jadi kita memang tidak naikkan target transaksi,” ujar Kepala Disdagperin Provinsi Bali, Ni Wayan Kusumawathi, Rabu (7/6).
Menurut Kusumawathi, target tersebut mengacu pada hasil transaksi dalam satu bulan pelaksanaan PKB selama dua tahun berturut-turut. Dalam hal ini, pelaksanaan PKB 2015 dan 2016 sama-sama membukukan transaksi sekitar Rp 12 miliar saja. Kendati demikian, pihaknya tetap berharap ada kenaikan signifikan pada target yang sudah dipasang. “Walaupun produknya tetap sama seperti endek atau songket, tapi inovasi desainnya kan baru dan lebih banyak produknya adalah produk-produk industry kreatif. Kita berharap transaksinya tetap ada dan tidak hanya pada saat itu saja, tapi bisa berkelanjutan,” imbuhnya.
Kusumawathi menambahkan, saat ini semua stan yang disiapkan di Taman Budaya, Denpasar sudah terisi perajin. Zoning produk kerajinan juga akan kembali diterapkan.
Seperti misalnya di Gedung Ksirarnawa akan lebih banyak diisi kerajinan logam dan jewellery (perhiasan), di bawah Ardha Candra lebih banyak produk tekstil, atau di parkir barat untuk produk kerajinan kayu, lukisan, dan pisau. Ada pula pameran pasif di area kolam Gedung Ksirarnawa. Tahun ini yang diangkat mengenai karya Sraya Bali Style seperti gebyok dan panil kayu, lukisan prasi yang langka, tenun cangcang dan anyaman beserta demo produknya.
“Berdasarkan pengalaman tahun lalu, ada musibah kita kena rembetan kebakaran. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan terhadap produk kerajinan yang dipamerkan oleh para perajin maka semua barang-barang tersebut sudah diasuransikan. Untuk barang yang nilainya Rp 100 juta, perajin membayar Rp 46.000 untuk asuransi selama pameran,” pungkasnya.
Tak hanya di stan kerajinan, target transaksi di stan kuliner juga tidak ditingkatkan dari tahun lalu. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, I Made Gunaja memberi alasan yang sama terkait kondisi ekonomi. Selain itu, jumlah stan kuliner tidak bertambah seperti halnya stan kerajinan yakni tetap 28 stan.
“Tahun 2016, transaksi belanja kuliner itu sekitar Rp 2,5 miliar. Sekarang kami berharap minimal sama dengan tahun lalu,” ujarnya.
Gunaja menambahkan, stan kuliner diisi makanan khas Bali dan tidak boleh menjual minuman pabrikan. Namun, pihaknya mentoleransi air minum dalam kemasan. Ada beberapa menu baru yang sebelumnya tidak ada, seperti lawar kambing, siobak, ikan nyat-nyat, dan lawar nyawan. Untuk pengisi stan, hanya pedagang dari Kabupaten Jembrana yang tidak ikut berpartisipasi atau mendaftar. “Daftar menu dan harga wajib dipajang sehingga masyarakat tidak merasa tertipu, karena transparan. Jadi yang dipasang itu fixed price, jangan sampai ada tawar menawar apalagi untuk makanan,” imbuhnya. (Rindra Devita/balipost)