DENPASAR, BALIPOST.com – RSUP Sanglah sejak tahun 1980 telah menerima titipan jenazah dari luar RSUP Sanglah baik dari rumah sakit lain maupun dari rumah. Penitipan jenazah semakin meningkat sejak 10 tahun terakhir.
Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah sendiri memiliki 26 cooling unit dan 10 cooling unit yang rusak, dengan kapasitas hingga 60 jenazah. Berdasarkan data terakhir, jenazah yang dititipkan berjumlah 42. Namun jumlahnya akan meningkat ketika musim hari raya Agama Hindu tiba.
Tahun ini RSUP Sanglah akan melakukan kremasi 10 jenazah. Selain untuk pencegahan penularan penyakit, kremasi jenazah terlantar juga sebagai bentuk penghormatan rumah sakit terhadap HAM jenazah tersebut. Di samping juga mengurangi biaya perawatan jenazah. Demikian disampaikan Kepala Bagian/SMF Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr. IB Putu Alit, Sp.F., Kamis (8/6).
Direktur Umum dan Operasional RSUP Sanglah, Dra. Nining Setiawati mengatakan, penitipan jenazah di Bali luar biasa karena bukan hanya jenazah yang berkasus yang dititipkan, namun juga jenazah masyarakat Bali yang terkendala upacara adat sehingga belum diperbolehkan pulang ke rumah duka, juga dititip.
“Ini sangat berbeda dengan daerah lain seperti di Jawa. Di sana ruangan forensik kosong. Isinya hanya sebagian kecil. Yang di cooler itu hanya yang benar-benar untuk barang bukti sehingga butuh waktu lama. Saya berasal dari Jawa masuk ke sini, saya melihat fenomena yang luar biasa dibandingkan daerah lain, dan ternyata juga kami tidak bisa menolak,” ungkapnya, Kamis (8/6).
Sehingga jenazah yang dititip di RSUP Sanglah lebih banyak dari luar RSUP Sanglah. Rata-rata per bulan RSUP Sanglah menerima titipan jenazah hingga 50. Sementara cooling unit yang tersedia 26 unit. Sisanya, jenazah ditempatkan di peti dengan diformalin. “Biayanya berbeda antara cooling unit dengan diformalin. Jadi ada tarifnya,” ujarnya.
Atas permintaan masyarakat, RSUP Sanglah mau tidak mau harus mau menerima titipan jenazah. “Karena kalau tidak, jenazah harus dibawa kemana,” tandasnya.
Ke depan ia akan menata penitipan jenazah tersebut lebih baik lagi, karena adat Bali saat ini menuntut seperti itu. Sejatinya, jenazah semakin cepat dikremasi atau dikubur, semakin baik. “Tapi ketika adat menjadi kendala, maka caranya adalah dengan dititipkan di cooling unit atau formalin. Itu solusi kita,” pungkasnya.
Semakin meningkatnya permintaan penitipan jenazah, layanan jasa ini berkembang menjadi revenue center (pusat pendapatan) RSUP Sanglah. Karena pendapatan RS dari penitipan jenazah besar yaitu Rp 250-300 juta per bulan. Namun, tak jarang juga biaya kremasi jenazah terlantar menjadi beban RSUP Sanglah. Namun beberapa tahun belakangan, dinas sosial menganggarkan untuk kremasi jenazah terlantar yang ada di RSUP Sanglah.
Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah juga dikembangkan dengan dibangunnya rumah duka. Rumah duka dibangun sejak tahun 2016, terdiri dari 5 ruangan atau area. Dua diantaranya berbayar dan 3 lainnya gratis. Ke depan rumah duka akan dikelola oleh pihak kedua seperti KPN Kamadhuk.(citta maya/balipost)