cuaca
Sejumlah warga sedang melakukan proses penjemuran biji kopi. (BP/ina)
BANGLI, BALIPOST.com – Cuaca di Kintamani yang cenderung lembap berdampak pada sulitnya pengepul melakukan proses pengeringan biji kopi. Untuk mendapatkan hasil pengeringan yang sempurna, kebanyakan pengepul selama ini memilih mengeringkan biji kopi ke Buleleng.

Wayan Berana, salah seorang pengepul kopi di Desa Ulian Kintamani Kamis (8/6) mengatakan saat cuaca cerah atau mendukung, proses pengeringan kopi hanya butuh waktu selama 10 hari. Sedangkan jika cuaca lembap seperti sekarang, proses pengeringan membutuhkan waktu yang sangat lama hinggga sebulanan.

Baca juga:  Disiplin Prokes Mesti Dijadikan "Habit" dan "Behavior"

Dia mengatakan dengan kondisi cuaca seperti sekarang, pengepul sepertinya lebih memilih mengeringkan biji kopi ke Buleleng. Lahan yang dipakai untuk pengeringan didapat dengan cara disewa. Biasanya lahan pengeringan disewa dengan harga Rp 50 ribu per 5 are. “Harga itu belum termasuk ongkos buruh,” ujarnya.

Dikatakan Berana, disamping mengeringkan ke Buleleng, pengepul juga biasanya melakukan proses pengeringan dalam rumah plastic. Dengan teknik tersebut, diakui cukup efektif untuk membantu pengeringan. “Dengan kondisi cuaca seperti ini, jika pengeringan di luar dilakukan sampai sebulan, dalam rumah plastik bisa hanya 15 hari,” katanya.

Baca juga:  Puncak HUT Ke-21, Tiga Kepala Daerah Dianugerahi ATVLI Awards

Sementara itu disinggung mengenai harga biji kopi kering saat ini, Berana menyebutkan Rp 70 ribu per kilogramnya. Pihaknya mengakui bahwa produksi kopi petani saat ini mengalami penurunan akibat cuaca. Kondisi itu terjadi ditengah harga kopi yang mulai membaik. (dayu rina/balipost)

 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *