Umat Hindu melakukan persiapan pemelaspasan Pura Candi Merak. (BP/udi)
BANYUWANGI, BALIPOST.com – Impian umat Hindu di Dusun Senepo Lor, Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki pura yang megah, akhirnya terwujud. Setelah menunggu hampir 48 tahun, Pura Candi Merak Marga Mukti di desa setempat, di-pelaspas, Jumat (9/6).

Tangis haru pecah ketika pura yang mulai dibangun tahun 1969 ini diupacarai. Upacara dipuput dua sulinggih, masing-masing Ida Pandita Dharmika Sandi Kertayasa dari Gria Anom Sari, Pesanggaran, Banyuwangi dan Ida Pandita Empu Nabe Rekadharmika Sandiyasa dari Gria Kertosari Kayu Mas Kaja, Denpasar.

Upacara diawali dengan ngarak tirta berkeliling kampung. Ribuan umat Hindu Banyuwangi ikut tangkil. Beberapa juga datang dari Bali. Puncak upacara diisi dengan persembahyangan bersama. Sehari sebelum melaspas, digelar mepandes massal. Lebih dari 100 umat Hindu setempat mengikuti upacara ini.

Baca juga:  Dari Klaster Upacara “Nelu Bulanin,” hingga Puluhan Miliar Biaya Hotel Karantina dan Operasi Yustisi Belum Dibayarkan

Sesepuh umat setempat, Bambang Mispan menjelaskan Pura Candi Merak Marga Mukti diempon oleh 114 KK. Seluruhnya umat Hindu Jawa. Pura ini mulai dibangun sekitar tahun 1969. “Awalnya pura kecil, hanya Padmasana. Lalu, kita mencicil membeli lahan lagi hingga empat kali secara swadaya,” kisahnya.

Kemudian, tahun 1975 mulai pembangunan lagi. Mendirikan dua pelinggih, masing-masing taksu dan panglurah, termasuk bale pawedan. Pembangunan terus berlanjut hingga 1986, mendirikan kori agung dan tembok penyengker. “Tapi saat itu, bangunannya belum megah. Sangat sederhana,” jelasnya.

Baca juga:  Mendaki Ijen, Wisatawan Dimanjakan Pakai Troli

Karena kondisi ekonomi, umat nyaris putus asa mampu membuat pura yang megah. Akhirnya, berkat donatur umat dari Bali, pembangunan hingga perluasan pura bisa terwujud.

Sejak Juli 2016, dilakukan pemugaran total. Mulai Padmasana, taksu, panglurah, kori agung hingga tembok penyengker. Termasuk, membangun sebuah candi di jeroan. “Candi ini untuk menstanakan leluhur. Sesuai filosofi Jawa,” jelasnya.

Nama pura ini bermakna jalan untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widi dan leluhur. Meski bangunanya baru selesai 90 persen, proses melaspas tetap dilakukan. Sebab, bangunan lama sudah dirombak total.

Pemelaspas kali ini dihadiri Wabup Klungkung, I Made Kasta. Ikut hadir Bendesa Adat Tanjung Benoa yang juga anggota Komisi II DPRD Badung, Made Wijaya.

Baca juga:  Diciutkan Jadi 40, Ini 9 OPD yang Dihapus

Mewakili Pemkab Klungkung, Wabup Kasta berharap pura yang baru dibangun ini menjadi tempat meningkatkan sradha bakti umat Hindu Jawa. “Kami dengan umat di Jawa ini sama-sama satu leluhur. Jadi, kami mendukung penuh pembangunan pura untuk pengembangan umat di Banyuwangi,” jelasnya.

Sementara itu, Made Wijaya mengatakan pihaknya ikut mendukung pembangunan candi. Ia berharap Pemkab Badung bisa ikut mendukung pengembangan umat di Jawa. “APBD Badung itu besar. Tentunya, bisa membantu umat di Jawa. Hanya, aturannya yang perlu kita lihat,” tegas politisi Gerindra ini. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *