DENPASAR, BALIPOST.com – Setiap harinya RSUP Sanglah melayani 900-an pasien di poliklinik (rawat jalan). Jumlah pasien yang sangat banyak tersebut, membuat antrean panjang setiap harinya.
Bahkan antrean pendaftaran bisa menunggu hingga 3 jam. Ditambah lagi antrean di masing-masing poliklinik. Otomatis, parkir pun membludak.
Berbagai inovasi dilakukan pihak RSUP Sanglah untuk mengatasi lamanya antrean. Hal itu untuk meningkatkan pelayanan dan membuat masyarakat nyaman.
Direktur Umum dan Operasional RSUP Sanglah, Dra. Nining Setiawati mengatakan, telah melakukan berbagai cara. Seperti membuka loket pendaftaran lebih pagi, membuka pendaftaran online, IT rekam medik diperbaiki, bagian Admission juga diperbaiki sistem pelayanannya.
Diakui masih ada beberapa poliklinik yang antreannya cukup panjang dan lama. Namun persentasenya turun dari sebelumnya. “Dulu waktu saya datang pertama kali ke sini, pendaftaran bukanya jam setengah 8 atau jam 8. Jam 10 belum mendapat giliran pendaftaran. Mendaftar saja 3 jam. Sekarang setengah 9 sudah selesai di pendaftaran, sudah sepi,” tuturnya.
Hal itu karena dengan sistem pendaftaran online, rekam medik pasien telah disiapkan H-1. Sehingga pagi hari rekam medik tersebut telah disebar ke masing-masing poliklinik yang dituju, meskipun pasiennya belum datang.
Sementara SEP (surat eligibiltas pasien/tanda bukti pembayaran BPJS) sudah dicetak sebelum pasien datang. Mengingat sistem informasi manajemen RS (SIM RS) telah ter-bridging dengan sistem BPJS Kesehatan, SEP yang dicetak diutamakan pasien yang masih dalam rawat jalan atau pasien dengan perjanjian, karena kepastian kedatangannya 100 persen. Dengan demikian, pelayanan obat dan parkir bisa lebih cepat bergulir.
Tak hanya antrean rawat jalan, antrean rawat inap, operasi, terapi juga mengalami antrean panjang. Antrean operasi diakui memang dijadwalkan sesuai antrean, disebut operasi terjadwal (elektif). Sedangkan antrean radioterapi cukup panjang karena memang alatnya hanya satu. Sehingga tidak banyak pasien yang bisa dilayani sementara pasien yang membutuhkan radioterapi banyak. (Citta Maya/balipost)