warga
Proyek jalan Bangli - Nongan dikeluhkan warga. (BP/nan)
BANGLI, BALIPOST.com – Warga di Tembuku, Bangli dan pengguna jalan lainnya mengeluhkan pengerjaan proyek peningkatan jalan Provinsi batas kota Bangli-Nongan sepanjang 4 km. Hal ini disebabkan, lantaran banyak debu bertebaran akibat proyek yang dikerjakan sejak 17 Maret 2017 oleh PT PAR tersebut. Selain itu, pengerjaan proyek senilai Rp 14,7 miliar ini terkesan asal-asalan.

Berdasarkan pantauan yang dilakukan di sepanjang jalan tersebut, saat ini proyek jalan itu sedang dalam pengerjaan. Ketika jalan dilintasi melihat banyak debu menumpah ruah di kawasan itu. Ini akibat terpaan angin yang dihembuskan saat kendaraan melintas. Selain itu, banyak jalan yang digali untuk pembaruan pengaspalan tanpa rambu-rambu. Kondisi itu dikhawatirkan dapat menimbulkan lakalantas. Apalagi dikawan itu kurang dengan lampu penerangan.

Bahkan ironisnya lagi, para pekerja juga tidak mengindahkan peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Pihak rekanan diduga sengaja mengabaikan ketentuan tersebut. Seorang pekerja saat dimintai keterangan mengaku jika alat alat K3 itu ada, cuma saja mereka merasa risih untuk menggunakannya. “Alat keselamatan seperti helm, rompi dan sepatu bot sebenarnya ada. cuma kita risih memakainya saat bekerja,” ucap salah seorang pekerja.

Baca juga:  Sektor Pariwisata Lesu Generasi Muda Diajak Bertani

Salah seorang warga Tembuku, Ketut Manik (30) mengaku sangat terganggu dengan limbah debu yang tak kunjung hilang. Pasalnya, sejak pengerjaan jalan dimulai hingga saat ini, sisa material yang ada di sepanjang jalan tidak kunjung dibersihkan dan dibiarkan begituaja di pinggir jalan. Akibatnya, jika tidak turun hujan, limbah tanah kembali kering dan saat dilintasi kendaraan menimbulkan debu bertebaran.  selain itu, debu juga banyak yang masuk ke rumah dan warung warga.

“Debu-debu itu muncul karena material bekas galian tidak langsung di angkut. Coba lihat debu-debu sudah masuk ke rumah warga, bahkan banyak warung yang harus nerima dampaknya. kareba barang dagangan mereka dipenuhi dengan debu,”keluhnya sembari menghimbau, warga pengguna jalan agar berhati-hati serta menggunakan masker karena debu sangat mengganggu.

Baca juga:  Tidak Sesuai Bestek, PU-PR Bongkar Proyek Bendung Tukadsumaga

Di bagian lain, Gede Moh (52) warga Nongan Karangasem yang melintas di jalar tersebut juga mengeluhkan hal yang sama. Justru dia sangat menyayangkan jika pihak terkait tidak menegur pihak rekanan. Hal ini karena debu yang diakibatkan oleh material proyek jalan sangat menganggu pengguna jalan. Sebagai pengguna jalan yang kerap melewati jalur itu, dirinya mengaku pernah menegur seorang pekerja proyek untuk mengangkut limbah galian tanah atau disiram jika dirasa sudah mengering, namun hal itu tidak digubris sama sekali. “Warga sudah banyak yang mengeluh dengan debu yang diakibatkan oleh material proyek. Selain dibiarkan, pengerjaan juga tak kunjung rampung,” ungkapnya.

Baca juga:  Pesawat Raja Salman Tiba di Bali

Sementara itu, di konfirmasi terpisah Kabid Bina Marga Bangli I Putu Wida Gunawan mengatakan, proyek tersebut milik provinsi. Dia juga mengakui, jika banyak warga yang mengelahkan proyek itu, lantaran material bekas galian lambat sekali dibersihkan oleh rekanan. Sehingga sangat menggangu pengguna jalan yang melintas di sana. Apalagi jalan penghubung Bangli, Klungkung, dan Karangasem ini sangat banyak dilalui.

“Kami akui tanda peringatan juga kurang dan tidak spotliht. sehingga saat malam hari tidak terlihat. ini bisa mengundang kecelakaan terutama bagi pengedara kendaraan roda empat dan roda dua. hal ini sudah saya koordinasikan ke Dinas PU Provinsi agar secepatnya mindaklanjuti hal tersebut,” tegas Wida Gunawan. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *