JAKARTA, BALIPOST.com – I Wayan “Gendo” Suardana, kordinator forBali, menerima penghargaan nasional “Greens Awards” dari kaum hijau Indonesia, Rabu (21/6). Selain Gendo, ada empat penerima penghargaan hijau lainnya seperti Novel Baswedan (Kategori Pejuang untuk Indonesia Bersih), LBH Jakarta (Kategori Pejuang untuk Indonesia Adil), Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (Kategori Pejuang untuk Indonesia Merdeka), dan WatchDoc (Kategori Pejuang untuk Inovasi Perubahan).
Kaum hijau hadir sejak lima tahun, dan telah mewadahi dirinya dalam sebuah wadah demokrasi partai politik. Jika kondisi yang ada saat ini, partai politik berwajah korupsi dan penuh pengingkaran partisipasi masyarakat, sekelompok kaum muda hijau ini malah ingin mengkoreksinya. Sedikit demi sedikit, tanpa harus berkolaborasi dengan penguasa dan pengusaha serakah, sekelompok pegiat lingkungan muda ini pun membangun cita-citanya dan membentuk Partai Hijau Indonesia.
Dalam merayakan tahun kelima usaha membangun kendaraan politik yang mewadahi kepentingan rakyat ini, Partai Hijau Indonesia (PHI) menunjukkan keberpihakannya dengan memberikan penghargaan kepada para pejuang yang dianggap mewakili dan membela perjuangan nilai-nilai kaum hijau yakni keberlanjutan, keadilan sosial, demokrasi akar rumput, penghargaan pada keragaman, kearifan ekologis dan tanpa kekerasan.
Salah satu penerima penghargaan Indonesia Greens Awards ini adalah I Wayan “Gendo” Suardana dengan kategori Pejuang untuk Indonesia Lestari. Gendo adalah seorang pegiat lingkungan hidup yang konsisten bersama-sama masyarakat Bali terus menyuarakan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa melalui gerakan Bali Tolak Reklamasi melalui ForBALI.
Dalam pidato penerimaannya, Gendo memaparkan tantangan yang mungkin akan dihadapi dengan menerima penghargaan ini. Hal yang terutama mungkin terjadi adalah spin karena partai politik masih memiliki persepsi negatif dari masyarakat.
“Kedatangan saya (adalah) mewakili kawan-kawan dan mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Partai Hijau Indonesia. Setidaknya, sebagai sebuah partai politik, lembaga ini belum cedera. Belum melakukan kerusakan lingkungan, belum mengangkangi keadilan, belum melakukan manuver-manuver politik yang kemudian mendegradasi kualitas lingkungan hidup di Indonesia. Tapi saya pastikan, apabila nanti PHI besar, dan melakukan itu, maka (penghargaan) ini yang pertama kali akan saya buang ke tempat sampah,” tuturnya menjelaskan alasan penerimaan penghargaan.
Sudah hampir lima tahun ini, ForBALI berhasil menjaga Teluk Benoa dari reklamasi yang akan mengubah fungsi sosial ekologis kawasan tersebut. Penghargaan yang diterima oleh Gendo didedikasikan kepada para pejuang Bali Tolak Reklamasi yang telah lebih dahulu meninggal dunia, seperti Pendeta Hindu Ratu Pedanda Made Gunung, Ratu Pedanda Sebali, dan para pejuang muda lainnya termasuk Jay Biafra.
Dalam 100 tahun sejarah Bali, kali ini tercatat 39 Desa Adat berkumpul untuk mengkritisi investasi. “Perlawanan terhadap reklamasi Teluk Benoa telah mampu meningkatkan kualitas gerakannya, bukan hanya persoalan perlawanan modal, tetapi sudah menjadi gerakan menjaga peradaban Bali,” pungkasnya. (kmb/balipost