BONTANG, BALIPOST.com – Kargo gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) pertama dari lapangan Jangkrik, Wilayah Kerja (WK) Muara Bakau yang dioperasikan Eni Indonesia dikirimkan melalui kilang LNG Bontang, Kaltim, ke terminal regasifikasi di Tanjung Benoa, Bali, Kamis (22/6). Menggunakan Kapal Triputra, pasokan LNG sebesar 22.000 m3 yang akan digunakan untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) Bali itu, merupakan bagian dari kontrak jangka panjang dengan PT Pertamina.
Hadir pada pengiriman pertama kargo tersebut antara lain Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Sukandar, Managing Director Eni Indonesia, Fabrizio Trilli, dan Presiden Direktur dan CEO Badak LNG, Salis S. Aprilian.
Menurut Sukandar, sebagian besar pasokan gas WK Muara Bakau ditujukan dan diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan pabrik pupuk dan kebutuhan LNG dalam Negeri. “Pemenuhan pasokan tersebut jadi bukti nyata industri hulu migas untuk mendukung program pemerintah dalam hal ketahanan pangan dan energi di Indonesia,” katanya.
Dia menambahkan, pengiriman kargo pertama ini juga sebagai bagian pemenuhan kebutuhan kelistrikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan kebijakan dari Pemerintah Indonesia untuk terus menambah ketersediaan pasokan kelistrikan bagi masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia Timur.
Sementara itu, Fabrizio Trilli mengatakan, lifting pertama kargo LNG ini merupakan salah satu pencapaian kunci bagi Proyek Pengembangan Lapangan Jangkrik. Ini adalah salah satu proyek gas laut dalam pertama di Indonesia yang dikembangkan dengan skema percepatan dan mengkonfirmasi komitmen Eni dalam mensuplai gas untuk pengembangan pasar domestik. “Saya sangat bangga melihat hubungan yang kuat dan produktif dengan pemerintah Republik Indonesia, Pertamina dan mitra kerja Joint Venture kami di Proyek Jangkrik,” katanya.
Salis S. Aprilian menjelaskan, PT Badak NGL menerima pasokan gas dari lapangan Jangkrik sejak 29 Mei 2017. Hingga 22 Juni 2017, gas lapangan Jangkrik yang telah diolah menjadi LNG sebesar 2.400 juta standar kaki kubik per hari. “Dengan adanya pasokan gas baru ini, Badak LNG akan semakin sustain sebagai kilang pengolahan LNG,” katanya.
Sebagai informasi, Proyek Pengembangan Lapangan Jangkrik ini terdiri dari lapangan gas Jangkrik dan Jangkrik North East yang berlokasi di wilayah kerja Muara Bakau, di laut dalam Selat Makassar. Produksi Jangkrik dari sepuluh sumur bawah laut terhubung dengan Floating Production Unit (FPU) Jangkrik.
Saat ini, produksinya sekitar 200 juta standar kubik kaki per hari, yang secara bertahap meningkat mencapai produksi sebesar 450 juta standar kubik kaki per hari atau setara dengan 83.000 barel setara minyak per hari.
Gas tersebut, setelah diproses di FPU, mengalir melalui pipa gas khusus sepanjang 79 km menuju Fasilitas Penerima Darat (Onshore Receiving Facility), kemudian menuju ke Sistem Transportasi Gas Kalimantan Timur (East Kalimantan Transportation System) sebelum akhirnya menuju ke kilang LNG Bontang. (Nikson/balipost)