PDAM
Ilustrasi. (BP/dok)
BANGLI, BALIPOST.com – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bangli sebelumnya terus merugi. Bahkan kerugian yang dialami setiap tahunnya mencapai miliaran rupiah.

Namun, tahun ini PDAM bertekad berkontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 500 juta. Hal itu diungkapkan Direktur Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Bangli I Wayan Gde Yuliawan Askara. Yuliawan mengatakan, pihaknya tahun ini ingin memberikan kontribusi PAD yang lebih besar dari tahun 2016.

Kata dia, pada 2016 pihaknya hanya mampu menyumbangkan PAD sebanyak Rp 108 juta. Dan tahun ini, pihaknya bertekad ingin memberikan kontribusi yang lebih besar ke pemerintah daerah. “Tahun ini kita menargetkan bisa berkontribusi sebesar Rp 500 juta ke pemda. Target yang kita canangkan itu disesuikan dengan Permendagri dan Perbub sebanyak 55 persen dari laba. Mengingat tahun ini kita tergat laba sebesar Rp 1 miliar, termasuk dengan penyesuaikan kenaikan tarif yang dilakukan tahun ini sebesar 124 persen,” ungkap Yuliawan Askara.

Baca juga:  Dongkrak PAD, DKPP Klungkung Kerja Samakan Rumah Makan dan Kolam Pancing

Dia mengatakan, sebelum 2016, PDAM Bangli tak pernah berkontribusi untuk PAD. Hanya, pada tahun 2016, pihaknya mampu menyumbangkan PAD untuk Bangli sebesar Rp 108 juta. “Kita memang terus merugi. Tahun lalu kita bisa PAD karena melakukan efisiensi anggaran. Hanya saja, dampak dari efisiensi itu membuat pelayanan menjadi terganggu,” terangnya.

Disinggung terkait ancaman para warga di Desa Tembuku yang tidak mau bayar tagihan air, Yuliawan menegaskan telah melakukan kajian dengan matang sebelum menaikkan tarif ini. “Kita dari PDAM juga mempunyai aturan. Kalau tidak mau membayar jelas air akan di segel,” tegas Yuliawan.

Baca juga:  Disorot Karena Kenakan Denda di Masa Pandemi, Ini Penjelasan PDAM Bangli

Sementara itu, Kabag Teknik PDAM Bangli Wayan Rudiantara mengungkapkan kenaikan tarif air yang diberlakukan per Mei lalu sudah didasari atas perhitungan yang matang. Tujuan dinaikanya tarif air PDAM saat ini adalah untuk menyeimbangkan antara pendapatan dan biaya operasional. “Sudah 9 tahun terakhir kami tidak pernah menaikan tarif air. Kalau masih tetap bertahan di tarif lama, maka kami tidak bisa jalan,” ungkapnya. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Sumbang Hampir Setengah Triliun di PAD, Perhatian Pemkab ke Ubud Dinilai Masih Minim
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *