kintamani
Harga kopi Kintamani kini tembus Rp 9000 per kilogram. (BP/nan)
BANGLI, BALIPOST.com – Harga kopi Kintamani terus mengalami kenaikan. Jika sebelumnya harga kopi (gelondongan dan petik merah) harganya Rp 7.800 per kilogrmanya, sekarang ini harga kopi Kintamani tembus Rp 9000 per kilonya. Melonjaknya harga kopi ini, membuat sejumlah petani kopi di Kintamani dapat bernafas lega dengan harga kopi yang semakin bersahabat.

Salah seorang petani Kopi asal Bayung Gede, Kintamani, I Nengah Subamia saat ditemui di kebun kopinya, Senin (26/6) mengatakan, dirinya sudah sejak tahun 1983 menanam kopi. Kata dia, selain menanam kopi, dirinya juga menanam jeruk sejak tahun 1990-an.
“Saya tetap bertahan menanam kopi dan jeruk. Meski harga kopi turun, saya tetap berkebun kopi. Kalau petani lainnya kemungkinan ketika harga kopi anjok, mereka beraih ke tanaman lainnya, karena ingin cepat mendapatkan keuntungan,” ungkapnya.

Baca juga:  Warga Sedang Tidur, Dua Gempa Guncang Bali

Subamia mengatakan, sekarang ini dirinya memiliki lahan kopi beserta jeruk seluas 1,8 hektar. Menurutnya, dengan membaiknya harga kopi seperti sekarang ini, membuat dirinya bisa bernafas lega. Sebab, dengan harga saat ini, dirinya sudah bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan besar.

“Sebelumnya harga kopi hanya Rp 7.800. dan sekarang kembali naik menjadi Rp 9000 per kilo gramnya. Saya harap, harga kopi ini bisa terus bertahan. Kalau harga  ini tetap bertahan, setidaknya bisa mendapat keuntungan lebih. Kalau saat harga kopi Rp 6. 500  saya merugi, karena biaya perawatan cukup besar. Semoga saja harga kopi bisa terus membaik,’ harap Subamia.

Baca juga:  Belum Ada Rencana Pemindahan Pos Pemantauan di Rendang

Sementara saat disinggung harga jeruk, Subamia menjelaskan kalau harga jeruk berbanding terbalik dengan harga kopi. Kata dia, saat ini harga jeruk per kilogramnya hanya Rp 3.500  rupiah.

“Harga jeruk anjlok. Sebelum masa panen, harga jeruk tembus Rp 7000-8000 per kilogramnya. namun saat ini harga jeruk anjlok menjadi Rp 3.500 perkilogramnya. Meski anjok, saya tetap mendapat, hanya saja keuntungan yang diraih tidak banyak,” jelas Subamia. (eka prananda/balipost)

Baca juga:  Petani Kakao Keluhkan Serangan Penyakit Geseng 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *