DENPASAR, BALIPOST.com – Banjar Pegatepan, Gelgel, Klungkung semula memiliki 12 perajin genta. Namun, kini yang tersisa hanya 5 perajin.

Makin langkanya perajin itu dikarenakan tak bisa bertahan di tengah situasi ekonomi yang sulit. Bahan baku genta yang mahal serta pemasaran genta yang turun menjadi faktor pemicunya.

Ketut Muja (54) bersama istrinya, Nengah Reni merupakan salah satu perajin genta dari Banjar Pegatepan, Gelgel, Klungkung. Ditemui saat PKB belum lama ini, Muja menuturkan, usahanya mulai berjalan sejak tahun 2000.

Bahan baku genta seperti perak, kerawang, dan kuningan harganya semakin mahal. Beberapa bahan seperti kerawang masih diperoleh dari Klungkung, namun untuk bahan baku perak diperoleh di Denpasar dan Gianyar.

Baca juga:  Gubernur Koster Letakkan Batu Pertama Pembangunan SMA Negeri 2 Kuta Utara

Penjualan belakangan juga agak sepi. Padahal sebelum tahun 2001, saat pariwisata Bali sedang naik daun, pesanan genta mengalir lancar. Genta tak hanya dibeli tokoh agama namun juga tamu asing.

Per bulan ia hanya bisa menjual genta 20 biji ditambah pesanan-pesanan, bisa mencapai 50 biji sebulannya. “Dulu prospeknya bagus, kalau sekarang tidak sebanyak dulu,” ujar pemilik usaha Tahta itu.

Muja pada awalnya merupakan sopir pariwisata dan guide pada 1987. Namun di tahun 1990 ia berhenti berkecimpung di dunia pariwisata. Ia mulai belajar membuat genta. Belajar selama 7 tahun, di tahun 1997 baru ia mulai menjual genta hasil produksinya.

Baca juga:  PKB dan Buleleng Expo, Dimeriahkan Pentas Seni Luar Bali

Sebagai ajang promosi, Muja kerap mengikuti event-event, salah satunya PKB. Ia sudah 5 kali mengikuti PKB.

Pendapatan dari menjual genta dan alat-alat upakara lain seperti bokor, tempat tirta bisa ia dapatkan rata-rata Rp 5 juta dalam sehari. Sedangkan sebulan, pendapatan yang dihasilkan bisa mencapai Rp 150 juta selama PKB.

Muja juga membuka artshop di rumahnya. Terkadang pengecer datang langsung ke artshopnya untuk dijual kembali di pasar-pasar seluruh Bali. Beberapa tamu juga dulunya kerap membeli langsung ke tempatnya.

Baca juga:  Presiden Jokowi Bakal Tancapkan Kayonan dan Naik Mobil Hias di PKB 2017

Suara genta ditentukan dari ketebalannya. Semakin tebal, semakin kecil suaranya. Untuk membuat sebuah genta, bahan yang digunakan dipanaskan terlebih dahulu, baru kemudian dicetak. Proses terlama adalah diukir. Butuh waktu satu minggu untuk menyelesaikan 20 biji genta. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *