Festival Biak Munara Wampasi 2017 kembali digelar mulai 1 hingga 4 Juli. (BP/ist)
BIAK, BALIPOST.com – Nirmala Beach Hotel, Biak, Papua mendadak penuh dan sesak. Ribuan masyarakat hadir di Hotel tempat pembukaan Festival Biak Munara Wampasi (BMW) 2017 tersebut. Ya, para Wisatawan Nusantara (Wisnus) dan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ingin menyaksikan salah satu kekayaan seni dan budaya di Kabupaten Biak, Sabtu (1/7).

”Kami sudah memprediksi memang bakal penuh, karena ini memang atraksi yang diunggulkan oleh kami, sangat ekstrem dan menarik, silahkan bagi yang belum pernah lihat atraksi ini, kunjungi Biak,” kata Bupati Biak, Thomas Alfa Edison.

Lebih lanjut Thomas menjelaskan, Tanah Papua terutama Biak tidak hanya memiliki kekayaan alam yang melimpah, tetapi juga kaya akan bahasa daerah, seni dan budaya.

”Kami akan berusaha menjaga atraksi ini, hingga turun temurun, Apen Bayeren ini merupakan atraksi berjalan di atas batu yang dibakar pada acara barapen (bakar batu),” ujar Thomas.

Hal senada diungkapkan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti. Kata Esthy, atraksi ini sudah sangat dikenal oleh para wisatawan dan juga di tahun 2017 ini masuk masuk menjadi nominasi kategori sepuluh atraksi budaya terpopuler versi Anugerah Pesona Indonesia 2017.

”Apen Bayeren ini bermula dari adanya kegiatan atau pesta adat yang dilakukan keluarga. Dalam kegiatan atau acara adat tersebut, nenek moyang keluarga mereka kemudian mempersiapkan barapen atau bakar batu yang merupakan ritual memasak bersama-sama warga satu kampung untuk kegiatan syukuran atau pesta adat. Di situlah awal muasal atraksi ini,” kata Esthy yang juga diamini Kepala Bidang Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan.

Baca juga:  Siaga Naru, Telkomsel Gunakan Autonomous Network di Puluhan POI

Lebih lanjut Wawan memaparkan, karena luasnya area atau tempat barapen menyulitkan kaum pria dari leluhurnya untuk mengambil batu panas yang sudah dibakar khususnya yang berada di tengah, maka para leluhur memperkenalan daun Sindia.

”Nah, Daun ini yang diminta dioleskan di kaki supaya tidak rasa panas, sehingga mereka bisa berjalan di atas batu yang panas tanpa merasa sakit atau kaki melepuh karena panas,” terang Wawan.

Wawan juga menambahkan, Dewan Kesenian Biak juga menggunakan acara ini sebagai tradisi adat khas masyarakat Biak yang juga merupakan upacara penghormatan kepada seseorang atau tokoh masyarakat. “Upacara ini juga bisa khusus digelar untuk menghormati kedatangan tamu, berupa penghormatan yang sakral,” kata Wawan.

Dalam atraksi kemarin, sekitar 12 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan, bersiap diri dan mengenakan pakaian adat. Tetua adat kemudian memimpin doa. Di tengah lapangan, tersebar batu panas yang di bawahnya terdapat bara api. Batu-batu itu disebar berbentuk lingkaran.

Baca juga:  Hari Kedua di Yogyakarta, Obama ke Puncak Becici Dlingo

Tak lama kemudian, salah seorang lelaki mulai berjalan di atas bara api. “Tidak sembarang orang bisa melakukan ini. Intinya hati dia harus bersih, pikiran juga. Kalau perempuan tak boleh sedang hamil atau haid, pikirannya juga harus bersih,” jelas Bupati Thomas.

Tak lama kemudian, seorang wanita yang berpakaian adat bersiap untuk jalan di atas bara api. Betapa kaget warga dan wisatawan, dia berjalan dengan diiringi Tifa (alat musik khas Papua-red) mengiringi tariannya di atas bara api. Upacara adat itu berlangsung tak sampai 10 menit, namun cukup membuat pengunjung terpana.

Seperti diketahui, Festival BMW 2017 telah dibuka dan digelar mulai tanggal 1 hingga 4 Juli 3017 itu dibuka langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise di Nirmala Beach Hotel, Biak, Papua.

Acara yang juga didukung oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar itu juga sukses mendapatkan pengakuan dunia. Itu setelah, festival yang masuk ke dalam Calender of Event Kemenpar itu mendapatkan penghargaan Indonesia bahkan dunia.

Selain itu, ciri khas Festival BMW 2017 yang tidak ditemukan ditempat lain adalah Snapmor (penangkapan ikan dengan cara ditombak), Atraksi 1000 Tifa (alat musik tradisional budaya Biak), parade Wor dan Pancar (tari tradisional budaya Biak) dan Upacara religi Apen Beyeren (berjalan di atas bara batu api) ini sebagai ikon Kab. Biak.

Baca juga:  Sejuta Pesona Karnaval Kemerdekaan Bakal Hebohkan Kota Priangan

Dalam perhelatan ini ada kegiatan menangkap ikan tradisional di air laut yang surut (snapmor). Atraksi budaya berjalan di atas batu panas (Apen Beyeren). Dan yang suka bahari, ada lomba perahu tradisional waimansusu dan wisata ke objek di Kepulauan Padaido/Aimando serta lomba foto bawah laut.

Selain itu ada juga Pameran Anggrek, Photography Tour, Diving, Parade Wor Yospan, Lomba Lari 10 K, Tour Padaido, Workshop Photography, Snapmor, dan sebagainya. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, 60 persen wisman ke Indonesia karena culture atau ingin merasakan atmosfer budaya lokal. Sisanya, 35 persen faktor alam atau nature, dan 5 persen man made, atau wisata yang di-create orang, seperti sport event, MICE, show music dan lainnya.

“Festival BMW 2017 harus terus punya kombinasi yang sempurna, antara culture, nature, dan man made. Karena itu value-nya akan berimbas pada destinasi-destinasi di Biak,” ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *