cengkeh
Petani cengkeh di Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar panen cengkeh. Jika dibandingkan musim lalu, kini produksinya turun drastis. (BP/sos)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Produksi cengkeh di Kabupaten Buleleng pada musim panen tahun ini turun signifikan. Hal tersebut salah satunya sebagai dampak musim hujan yang berkepanjangan.

Salah seorang petani di Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Nyoman Rauh menuturkan musim ini nyaris tidak ada pohon cengkeh yang berbunga. Yang tumbuh hanya daun. Berbeda dengan sebelumnya yang sangat berlimpah. Kondisi tersebut disebabkan curah hujan yang cukup tinggi dan berlangsung dalam waktu cukup lama. “Musim hujan terlalu lama. Cengkeh tidak bisa berbunga. Yang ada hanya tumbuh daun. Produksi turun drastis,” tuturnya, Senin (3/7).

Baca juga:  Izin Usaha Kresna Life Dicabut

Produksi yang demikian, tak hanya menyebabkan petani, terutama penggarap gigit jari. Namun, warga yang berprofesi sebagai tengkulak maupun pemetik juga tak bisa bekerja. “Kalau saat panen raya, tengkulak banyak yang berkeliaran. Sekarang hampir tidak ada. Sangat sepi,” tuturnya.

Selain itu, sebut dia kualitas cengkeh musim ini juga kurang bagus. Perbandingan dari mentah dan kering tidak lagi bisa seperti musim lalu, yakni 3:1. Itu disebabkan kadar air yang berlebihan. “Sekarang kadar airnya banyak. Jadinya perbandingan mentah dan kering tak lagi seperti dulu,” sebutnya.

Baca juga:  Petani Yakini Harga Jeruk Meningkat

Harga cengkeh saat ini tergolong mahal, diatas Rp 100 ribu per kilogram. Panen yang anjlok, secara otimatis membuat petani tak bisa banyak menikmati kabar gembira itu. “Kalau harga lumayan mahal. Tapi panen seperti ini,” imbuh petani dua anak ini.

Hal serupa juga dirasakan petani Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Made Sukarsa. Diceritakan, jika musim mendukung, bulan ini panen cengkeh sudah cukup banyak dan berlangsung hingga Oktober.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Nyoman Swatantra mengakui produksi komoditi unggulan daerah itu turun drastis. Meski belum melakukan pendataan, sesuai laporan beberapa PPL, jumlahnya kisaran 70 persen. “Kalau menghitung, kami belum. Tapi kalau dilihat kondisi di lapangan dan juga laporan PPL, memang produksinya tak seperti tahun lalu,” ungkapnya.

Baca juga:  Harga BBM Nonsubsidi Kembali Naik

Selain musim, produksi juga dipengaruhi oleh cara pemetikan pada panen sebelumnya, disamping pemeliharaan yang kurang maksimal. “Saat panen, daun pada pangkal bunga banyak yang rontok. Itu mempengaruhi pertumbuhan bunga. Semestinya harus lebih diperhatikan. Petik bunganya saja. Pemeliharaan juga harus lebih maksimal,” tandasnya. (sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *