Umat Hindu bersembahyang serangkaian pelaksanaan Yadnya Kasada di Bromo. (BP/Getty Images)
JAKARTA, BALIPOST.com – Pesona Gunung Bromo begitu memikat. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga tersohor hingga ke negeri mancanegara. Belakangan, pesonanya makin terlihat kinclong lantaran pada 9-10 Juli 2017, ada Festival Yadnya Kasada yang siap digelar di sana. Hajatan tahunan yang sakral bagi penduduk setempat ini bakal didatangi banyak wisatawan mancanegara (wisman) dan disorot berbagai media asing.

Radar Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pun langsung on. Kementerian yang dinakhodai Arief Yahya itu langsung memperkuat koordinasi untuk promosi destinasi prioritas ini. Kemenpar pun langsung siap mendukung penuh ritual sakral tersebut dengan event-event pendukung.

“Dalam kegiatan tersebut akan ditampilkan aneka seni tradisional masyarakat Tengger di antaranya Sendratari Kidung Tengger, Puisi Kidung tengger, Jaranan Wahyu Tunas Budaya dan lain-lain. Media-media asing ini akan memberitakan semua kegiatannya dan diketahui masyarakat dunia,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti didampingi Kepala Bidang Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan, Senin (3/7).

Perkiraan estimasi kunjungan wisatawan juga tak sedikit. Khusus untuk 2017, wanita berkerudung itu memprediksi akan ada 10.000 kunjungan wisnus dan 1.000 kunjungan wisman ke Bromo. Sementara transaksi yang ditargetkan dalam kegiatan tersebut mencapai Rp 5 miliar. “Orang-orang Tengger itu melaksanakan ritual Yadnya Kasada yang berlangsung selama satu bulan. Dan pada 9-10 Juli akan menjadi pusat kegiatannya. Kami meyakini event ini akan melampau target wisatawannya dan transaksinya,” kata Esthy yang diamini Wawan.

Baca juga:  BPS Sebut Aktivitas di Rumah Alami Penurunan

Wawan Gunawan mengatakan, event yang merupakan gawe bareng sejumlah stakeholder negeri dan swasta ini bakal melibatkan ratusan seniman tari dari berbagai daerah. Tidak hanya itu, akan hadir pula artis multitalent Ayushita Widyartoeti Nugraha dan Sha Ine Febriyanti. Dua artis ibukota ini bakal tampil membawakan Puisi dengan tema tersendiri yakni Puisi Kidung Tengger.

“Selain Puisi Kidung Tengger, yang akan menampilkan dua multi talenta ibu kota, bertempat di lautan Pasir Kasiah, juga diisi Sendratari Kidung Tengger, Tari Topeng Gunungsari, Perkusi UI Daul Madura yang merupakan perkusi berlatar etnik Madura. Ada pula Jegog Suar Agung Bali, yang merupakan perkusi bambu berlatar etnik dari pulau dewata Bali. Singo Ulung tarian khas Bondowoso, Jaranan Wahyu Tunas Budaya, Jaran Slining Lumajang, Tari Mahameru, serta Reog Ponorogo,” papar Wawan.

Baca juga:  Dibagi 2 Kloter, Bali Berangkatkan 729 Jemaah Haji

Tidak hanya itu, di lokasi berbeda namun masih di kawasan Bromo, tepatnya di Agrowisata Desa Jetak, dua malam berturut-turut akan ditampilkan Pawai obor, Tari Topeng Gunungsari, Konser Musik Wadya Bala STKW, Tari Pepe ‘pepe’ Bainea Ri Gowa, serta Jaranan Campursari. Tak kalah menariknya, panitia juga mengadakan lomba Fotografi Eksotika Bromo dengan mengambil spot pada dua hari acara itu.

Wawan Gunawan menuturkan, sejak zaman Kerajaan Majapahit, acaranya selalu heboh. Yadnya Kasada Bromo dianggap sebagai tempat suci oleh suku Tengger. Warga akan mempersembahkan makanan dengan cara dilempar ke dalam kaldera gunung berapi yang masih terus aktif. Selain hasil bumi,hewan ternak seperti kambing, ayam, dan sapi, juga dijadikan persembahan.

Menjelang even ini, tempat penginapan di sekitar Bromo bakal dipenuhi wisatawan yang menginap. Sampai hari ini, sebagian besar penginapan sudah full booked hingga bulan Agustus.

Ketua Badan Pengurus Cabang Persatuan Hotel dan Restoran (BPC PHRI) Bromo, Jawa Timur Digdayo Djamaluddin mengatakan, pihaknya bersama para pengusaha hotel, tentu juga panitia, mempersiapkan segala sesuatunya termasuk antisipasi lonjakan wisatawan yang datang ke Bromo.

Baca juga:  Gandeng BPPD Badung-Bali, Kemenpar Roadshow ke Korsel

“Saat ini banyak penginapan jenis hotel dan cottage sudah full booked. Kami juga sedang mengoptimalkan koordinasi dengan pemilik-pemilik homestay di sekitar,” ungkap Digdayo.

Untuk informasi, ketinggian 2.300 meter menjadi titik yang paling favorit gunung ini. Sebab, pada ketinggian itu, mata pelancong akan dimanjakan oleh pemandangan indah. Selain itu, juga menjadi lokasi paling strategis untuk menyaksikan kemegahan matahari terbit.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut ini sebagai budaya dan tradisi yang memiliki kearifan lokal di Bromo. Yang pasti, dia mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik, terutama manajemen sampah, yang sering dikeluhkan banyak pihak di destinasi pegunungan.

“Service atau pelayanan yang baik, kebersihan, dan toilet yang terjaga, itu penting dalam jangka pendek. Jangka panjangnya adalah 3A, atraksi, amenitas dan akses, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi,” kata dia. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *