produksi
Kopi Robusta Pupuan yang siap panen. (BP/dok)
TABANAN, BALIPOST.com – Memasuki bulan Juli, Kopi Robusta Pupuan memasuki musim panen. Petani sudah mulai memetik buah kopi yang matang dan siap untuk diolah dan dijual baik untuk kebutuhan lokal maupun eksport. Sayangnya, karena cuaca yang tidak mendukung, untuk  musim panen kali ini, produksi kopi diprediksi turun hingga lima puluh persen.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Tabanan, Dewa Ketut Budidana, Kamis (7/7) mengatakan pada panen tahun lalu biasanya dalam satu ‘’gembon’’ tumbuh setidaknya 40 hingga 50 buah kopi dan tahun ini hanya tumbuh 20 buah kopi dalam satu tangkai. Meski terjadi penurunan setidaknya 50 persen dibandingkan tahun lalu, kata Budidana petani kopi Pupuan masih mampu memenuhi permintaan pasar terutama ekspor. Mengenai permintaan ekspor saat ini, lanjut Budidana sedang menunggu kesepakatan harga dari ekportir dan kepastian permintaan. ‘’Jika ini sudah fix, maka petani siap memenuhinya,’’ ujarnya.

Baca juga:  Made Urip Pimpin Afkab Tabanan

Rencananya permintaan ekspor kopi Robusta Pupuan mencapai tiga kontainer dimana satu kontainer kira-kira berisi 18 ton biji kopi. Meski produksi menurun, lanjut Budidana tidak mempengaruhi kualias dari buah kopi yang dihasilkan tanaman kopi robusta Pupuan. Dari pemantauannya, hasil panen kali ini, kualitas buah kopi yang dihasilkan baik dan yakin memenuhi syarat ekspor. Terlebih, petani Pupuan saat ini sudah menjalani prosedur yang diinginkan oleh eskportir sehingga kualitas dipastikan terjaga. ‘’Sekarang tinggal menunggu kepastian dari ekportir mengenai harga. Mereka sudah diundang untuk melihat langsung ke Pupuan,’’ ujarnya.

Baca juga:  Petani Cengkeh Keluhkan Turunnya Produksi dan Harga Jual

Kelian Subak Abian di Munduk Temu Pupuan, Ketut Widyra mengatakan saat ini di Pupuan ada 30 subak abian yang menanam kopi robusta. Luasan lahan kopi per subak abian  mencapai 400 hektar. Mengenai harga jual yang diharapkan petani dalam rangka ekspor menurut Widya sesuai dengan kesepakatan beberapa waktu lalu yaitu Rp 31.00 per kilonya.

Selain memenuhi permintaan ekspor menurut Widya petani Pupuan juga tetap memenuhi permintaan lokal. ‘’Kalau untuk lokal disesuaikan dengan permintaan apakah bentuk biji kering atau yang sudah disangrai,’’ ujarnya.  (wira sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Mendag Luncurkan "Minyak Kita"

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *